Senin, 26 Maret 2012

Optimiscab vs Pesimiscab

Optimiscab : hop fading
Pesimiscab : hope fading

Optimiscab : membaca berita sains dan teknologi
Pesimiscab : membaca berita politik tentang Indonesia

Optimiscab: Mendengar musik Indonesia tahun 80-an dan 90-an
Pesimiscab: Mendengar musik Indonesia masa kini

Optimiscab: Menertawakan kebodohan baik yang dilakukan diri sendiri maupun orang lain
Pesimiscab: Menyesali kebodohan diri sendiri dan mengutuk kebodohan orang lain

Optimiscab: Mengikuti acara-acara PPI Jerman yang berhubungan dengan musik, olahraga, kesenian, dan makan-makan
Pesimiscab: Mengikuti diskusi dan rapat organisasi Indonesia di Jerman dan Eropa baik online maupun offline.

Optimiscab: Berkenalan dengan banyak orang baru, baik perempuan maupun laki-laki
Pesimiscab: Mencari jodoh

Optimiscab: Mempercayai diri sendiri
Pesimiscab: Mempercayai kata-kata orang lain

Optimiscab: Love is a verb
Pesimiscab: Love is a noun 

Nürnberg, 26 Maret 2012

iscab.saptocondro

Minggu, 11 Maret 2012

Menipu diri sendiri: kurangi uangnya

Salah satu hal yang berhubungan dengan menipu diri sendiri adalah ketika mengatur anggaran belanja. Lebih tepatnya, ketika mengatur pengeluaran. Cara mengatur pengeluaran adalah dengan menulis biaya hidup kita di atas kertas. Mana yang biaya rutin bulanan, tahunan, dll. Berapa alokasi biaya pangan, sandang, papan/rumah, kebersihan (mandi, cuci, bersih-bersih), rekreasi, studi, dll.

Aku kenal banyak kawan, biasanya Indonesia, yang juga suka menipu diri sendiri dengan berkata bahwa pengeluaran bulanan gua cuma segini. Tapi aku tidak yakin bahwa pengeluarannya cuma segitu.

Cara pertama menipu sendiri adalah dengan tidak menulis biaya hidup di atas kertas. Jadi dia menipu ingatannya kalau dia pernah punya rencana pengeluaran sekian euro atau rupiah. Kalau aku bertanya, dia bisa balik nanya "Ah, emang gua pernah bilang gitu?".

Cara kedua menipu diri sendiri dengan membuat biaya hidup dengan menekan pengeluaran dengan cara tidak realistis. Aku punya kawan yang bilang mengalokasikan biaya belanja pangan 15 euro per 2 minggu. Aku cuma bisa berdehem "hmmmm". Kalau dia masak di rumah tiap hari dan kaga pernah makan keluar, mungkin habis 1-2 euro per hari. Angka 15 euro itu nampak realistis karena temanku bisa kaga makan 1 hari lalu hari berikutnya makan. Tetapi buatku, menyiksa diri sendiri bukanlah cara yang baik untuk menekan pengeluaran. Aku hanya sukses menyiksa diri sendiri dengan penghematan pangan ekstrem selama masa 3 bulan. Setelah itu, aku tak sanggup. Aku harus menikmati hidup juga. Temanku ternyata menipu diri sendiri. Pengeluarannya buat pangan ternyata di atas 15 euro per 2 minggu (30 euro per bulan). Dia juga suka beli kebab 3,5 euro kalau kaga masak di rumah.

Cara ketiga menipu sendiri adalah dengan mengomentari rencana anggaran kawan lain sambil berkata "Coba kurangi pengeluarannya! Masa sih kaga bisa dihemat lagi". Temanku di atas emang kuakui sangat lihai dalam menghemat biaya makan. Tapi untuk biaya pakaian/sandang, dia termasuk tipe "spender". Tiap bulan, ada pakaian baru, entah baju, celana, sepatu, parfum, dll. Kalau aku lihat, "Hmmm. Itu sepatu setidak-tidaknya 10 euro", pikirku. Celana "Angebot" minimal 6 euro, dll. Sebetulnya membeli sedikit barang murah dalam tingkat keseringan tinggi biayanya bisa sama aja dengan membeli barang mahal dalam jumlah sedikit. Yang menyebalkan adalah kalau temanku ini mengeluh mengenai biaya hidup sambil menuduh orang lain punya penghasilan lebih besar daripada dirinya sendiri. Yang dituduh biasanya kesal. Temanku ini pernah didamprat teman lain karena hal ini.

***

Prinsip menghitung anggaran hidup atau pengeluaran bulanan.

  1. Tidak menipu diri sendiri
  2. Tulis di kertas
  3. Hitung biaya rutin bulanan, sesuai kebiasaan atau gaya hidup kita
  4. Hitung biaya rutin tahunan/6-bulanan, lalu aproksimasi ke 1 bulan
  5. Hitung biaya lain jangka panjang, misalnya 5-tahunan, 7-tahunan, dll, lalu aproksimasi ke 1 bulan.
  6. Hitung dan jumlahkan semua.
  7. Analisis, mana biaya yang bisa dihemat dan mana yang diperbesar. Buatlah suatu niat bagaimana gaya hidup yang perlu diubah.
  8. Hitung lagi dan jumlahkan semua, lalu tambahkan biaya tak terduga sekitar 10 sampai 30 persen.
  9. Akhirnya dapatlah biaya bulanan kita

Biaya tak terduga adalah biaya akibat hal-hal yang tak diduga. Salah menghitung pengeluaran juga termasuk hal yang tak kita duga. Jadi angka ketidakpastian 10-30% membantu kita untuk tidak kaget kalau pengeluaran bulanan ternyata tidak sesuai dengan rencana penghematan kita akibat kita suka menipu diri sendiri.

***

Contoh caraku menghitung anggaran hidup atau pengeluaran

  1. Biaya pangan
    Biasanya biaya pangan bersifat rutin bulanan.
    - makan di rumah: 
    Aku mengonsumsi beras/nasi, roti, susu, sayuran, buah-buahan, jus. Aku alokasikan 70 euro per bulan karena seminggu sekali belanja pangan aku lihat bonku sekitar 10-19 euro, dengan rata-rata 16 euro per minggu.
    - makan di luar:
    Kalau aku makan di kantin kampus, tiap hari bakal habis 2,2 euro di Uni Bremen. Plus kopi, bisa nambah 70 sen, jadi 2,9 euro per hari. Dikali 20 hari kuliah jadi 58 euro per bulan.
    Kalau aku seminggu sekali makan kebab atau makan Asia karena diajak teman, bisa nambah 3,5 s.d. 7 euro per minggu, jadi per bulan bisa nambah pengeluaran 14 s.d. 28 euro per bulan.
    Sewaktu masih student, aku anggarkan 80 euro per bulan makan di luar.
    Setelah jadi pekerja, biaya kantin 6-7 euro per hari dan ada 20 hari kerja, artinya untuk kantin aku keluar 140 euro per bulan.
    Aku memilih makan di kantin untuk bersosialisasi, baik di antrian maupun di meja makan. Bisa saja aku bersusah payah menyiapkan bekal dari rumah dan makan sendirian yang lebih murah. Tapi kebutuhanku untuk bersosialisasi lebih besar. Anggap saja aku keluar uang untuk berinvestasi dalam social network. 
  2. Biaya sandang/pakaian
    Biaya sandang bisa bersifat rutin bulanan maupun tahunan.
    Bagi pria metroseksual dan wanita, biaya pakaian ini biaya rutin bulanan. Buatku yang pria katroseksual, biaya pakaian bersifat tahunan.
    Kalau punya anak bayi, balita, hingga remaja, biaya pakaian juga rutin bulanan atau 3-bulanan. Bayi dari ukuran segenggam tangan bisa jadi setengah meter dalam setahun, pasti butuh pakaian baru.
    Biaya pakaian itu baju, celana, pakaian dalam, sepatu, topi, kupluk, jaket, sendal, dan pernak-pernik lainnya.
    Sejujurnya aku tak tahu berapa yang kualokasikan untuk biaya pakaian, aku rencanakan saja 30 euro per tahun. Jadinya 6 euro per bulan. 
  3. Biaya papan/rumah
    Biaya ini biasanya bersifat bulanan
    - Sewa
    Kalau sewa kamar, rumah atau kos, pasti tiap bulan harus bayar uang kos atau sewa. Kalau tidak bayar bisa diusir.
    Di Bremen, aku merasakan 3 hari numpang gratis, dan sewa kamar 250 dan 200 euro per bulan. Oh, ya, sewa kamar 200 euro tersebut meningkat secara dinamik 5 euro tiap tahun. Terakhir kali, aku bayar 215 euro per bulan.
    Di Herzogenaurach (Bayern/Bavaria), aku merasakan 3 bulan tinggal dibayari kantor. Jadinya gratis buatku.
    Di Nürnberg (Bayern/Bavaria), aku merasakan bayar kos 435 euro.
    - Beli
    Kalau beli rumah, biasanya orang bayar kredit. Tiap bulan harus bayar kalau kaga mau rumah disita.
    - Uang muka
    Uang muka selalu ada kalau beli rumah, biasanya antara 10-25% harga rumah.
    - Uang jaminan / Kaution
    Kalau sewa kamar atau rumah di Jerman, ada yang namanya uang jaminan yang disebut Kaution. Uang ini dibayar di awal, lalu kalau kita pindah rumah, bapak atau ibu kos akan mengembalikan uang ini, kadang-kadang disertai bunga. Biasanya uang ini seharga 1 hingga 3 bulan harga sewa.
    - Provision / Komisi
    Kalau pakai makelar, buat mencari rumah (baik beli maupun sewa), kita harus membayar uang jasa atau komisi. Di Jerman, maksimum 2 bulan harga sewa ditambah pajak pertambahan nilai 19%. Di negara lain, mungkin tidak ada batas atas uang jasa.
    Di Nürnberg, buat mencari rumah aku jadi membayar 3 + 2 x (1 + 19%) harga sewa (Kaution 3 bulan + Provision 2 bulan). Totalnya di awal menyewa rumah, aku kena 5,38 harga sewa selain membayar sewa bulanan. Sebetulnya kalau aku menghitung biaya transportasi bolak-balik lihat rumah serta bikin janji sama makelar dan pemilik rumah, biayanya bisa nambah.
    Untuk rumah aku alokasikan untuk selalu di bawah 700 euro per bulan ketika aku jadi pekerja. Sewaktu jadi student di Bremen, aku alokasikan untuk berada di sekitar 200 - 280 euro. Kalau aku jadi student di Bayern, aku rela bayar sewa sampai batas 350 euro per bulan. Aku tak sanggup secara mental untuk tinggal di kamar murahan 70 euro.
  4. Biaya Kesehatan
    Biaya kesehatan itu biasanya biaya tak terduga. Kita tidak tahu kapan kita sakit. Oleh karena itu, ada asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan biasanya dibayar tiap bulan.
    - asuransi kesehatan milik negara (gesetztliche Krankenversicherung)
    asuransi ini di Indonesia adalah Askes. Di Jerman adalah AOK, TK, DAK, dll. Untuk mahasiswa di Jerman, askes ini berbiaya sekitar 70 euro per bulan untuk mahasiswa muda dan 140 euro per bulan untuk mahasiswa tua. Tua muda di sini tergantung tanggal lahir.
    - asuransi kesehatan swasta (private Krankenversicherung)
    asuransi ini bisa lebih murah atau lebih mahal tergantung permintaan kita ingin mengcover apa saja. Aku pernah bayar 37 euro dan 66 euro untuk asuransi ini di Jerman. 
  5. Pendidikan
    Kalau masih kuliah/sekolah, biaya pendidikan itu uang kuliah, pendaftaran, buku kuliah, dll. Kalau kuliah di Jerman, kadang ada semesterticket yang mencakup biaya transportasi semester.
    - Uang kuliah Jerman
    Biasanya uang kuliah di perguruan tinggi negeri di Jerman tidak lebih dari 500 euro per semester. Kalau diaproksimasi, per bulan habis 85 euro untuk ini.
    - Semesterticket di Jerman
    Biasanya uang transportasi untuk mahasiswa sekitar 200-240 euro per semester. Kalau diaproksimasi, per bulan habis 40 euro untuk ini.
    - kalau hidup di Indonesia
    Kalau hidup di Indonesia dan punya anak yang musti masuk sekolah atau kuliah. Biayanya mantap. Alokasikan 3 juta per bulan untuk sekolah bagus. 
  6. Kebersihan / Higien
    Kebersihan itu mencakup kebersihan tubuh, pakaian, rumah, halaman dan pasangan hidup. Biasanya biaya ini bersifat bulanan.
    - kebersihan tubuh
    Manusia gosok gigi, mandi, keramas, cebok, dandan, dll untuk kebersihan dan keindahan. Ini penting dalam menjaga relasi sosial dengan manusia lainnya.
    Biaya pasta gigi, sabun, shampoo, conditioner, kertas toilet, deodoran, parfum, pelembab (tubuh, muka, bibir), gel rambut, silet buat cukur jenggot (buat cowok), silet buat cukur bulu kaki dan ketiak (biasanya buat cewek), dll perlu masuk biaya bulanan.
    Walaupun beberapa bahan habis pakai di atas dibeli 3 bulan sekali, kita bisa menghitung biaya bulanan dengan membagi tiga. Aku alokasikan 10 euro per bulan untuk ini.
    Kalau kita harus bayar air, listrik, dan gas buat mandi, biaya ini juga harus dimasukkan per bulan.
    - kebersihan pakaian
    Baju dan celana serta tekstil yang kita pakai perlu dicuci. Ini demi kebersihan dan keindahan. Hormatilah manusia lain dengan baju bersih dan aroma yang ramah.
    Biaya sabun cuci pakaian (deterjen), air, dan mesin cuci perlu diperhitungkan.
    Aku membeli deterjen 10 euro yang nampaknya bertahan 6 bulan. Jadi tiap bulan tidak lebih dari 2 euro.
    Aku tidak punya mesin cuci, jadinya harus pergi ke washing center. Sekali cuci bayar 3,5 euro. Kalau pakai pengering, aku bakal nambah 2 euro.  Aku mencuci 2 atau 3 kali sebulan. Sebulan bakal habis 17 euro.
    Kalau mencuci sendiri di rumah pakai ember, mungkin hanya perlu biaya deterjen.
    Kalau beli mesin cuci untuk dipakai di rumah, biayanya antara 300 hingga 2000 euro. Kaga cocok untuk orang yang sering pindah rumah sepertiku. Mesin cuci di rumah juga butuh air, jadi selain biaya investasi, kita harus menghitung biaya variabel air dan listrik juga.
    - kebersihan alat makan dan masak
    Alat makan (piring, sendok, gelas, mangkok, sendok, garpu, dll) harus dicuci. Begitu juga alat masak (panci, pan, wajan, sudu, penyaring, dll). Kalau tidak dicuci, bisa berkerak dan berjamur.
    Aku membeli sabun cuci piring 6 euro yang kuperkirakan bakal tahan setahun. Jadinya sebulan habis 50 sen untuk biaya cuci piring.
    - kebersihan rumah dan kamar mandi
    Rumah beserta perabotannya biasanya disapu, disedot debunya, dipel, diberi wewangian, dll. Kamar mandi juga dipel, toilet digosok, bath-tub dilap, dll. Biasanya alat dan cairan buat mengepel, mengelap, kantong sedot debu, kantong sampah, dll dibeli tiap 2 tau 3 bulan.
    Aku mengalokasikan biaya bersih-bersih kamar 10 euro per bulan. 
  7. Biaya telpon dan internet
    Biasanya orang jaman sekarang punya telpon. Kalau tidak punya telpon rumah, biasanya punya telpon genggam. Jaman sekarang, telpon genggam dipakai juga mengakses internet. Kabel juga selain dipakai telpon juga dipakai internet.
    Aku membayar telpon dan internet dengan kabel secara flat rate 40 euro per bulan sekarang di Nürnberg.
    Di Bremen dulu, aku bayar 5 euro untuk sharing internet dengan WLAN per bulan.
    Untuk biaya telpon genggam, aku tidak pakai flat rate. Aku bayar sesuai berapa menit aku nelpon dan berapa kali aku mengirim text SMS. Biasanya di bawah 10 euro per bulan dalam kondisi normal. Dalam kondisi terlibat panitia acara tertentu, aku membayar 20 euro dalam satu bulan.
  8. Biaya asuransi lainnya
    Di Jerman, aku harus bayar asuransi tertentu kalau punya rumah, mobil, dll. Aku harus punya asuransi kerusakan yang bernama Haftpflichtversicherung untuk dapat rumah di Nürnberg ini. Aku bayar 72 euro per tahun sekarang.
  9. Biaya investasi
    Aku juga menyisihkan sebagian gajiku tiap bulan ke investasi yang bernama asuransi hari tua (Altervorsorge) dan juga tabungan berjangka. Sebenarnya sih boleh saja, ini tidak dianggap biaya karena ini namanya menabung. Sesuai ajaran guru ekonomi kelas satu SMA, tabungan itu adalah gaji yang disisakan bukan tersisakan. 
  10. Biaya rekreasi
    Biaya rekreasi itu biaya jalan-jalan, nonton, museum, kebun binatang, teater dan biaya party alias dugem. Aku sudah, memasukkan biaya kafe dan makan-makan keluar di biaya makan di atas.
    - jalan-jalan
    Kalau kuliah di Jerman, pasti pernah merasakan yang namanya jalan-jalan. Biasanya setahun habis minimal 100 euro untuk ini. Diaproksimasi, jadi 10 euro per bulan.
    Kalau mau liburan enak seminggu di Eropa, biasanya paling murah 250 euro.
    Kalau aku  pergi liburan ke Indonesia, nampaknya bakal habis untuk pesawat 700 euro dan di Indonesia sekitar 500 euro sebulan buat makan-makan dan beli oleh-oleh.
    Tahun ini, aku ingin ke Indonesia dan tiket pesawat termurah 1100 euro pada jadwal yang kuinginkan.
    Sewaktu masih di Indonesia dulu, jalan-jalan ke Lembang atau Ciwideuy rasanya mudah dan asyik bareng kawan-kawan. Banyak event seperti retreat, latihan kepemimpinan, penyambutan mahasiswa baru, dll yang mendorongku untuk ikut acara beginian.
    - museum
    Dalam setahun, mungkin sekali aku pergi ke museum. Biayanya kira-kira habis 10 euro. Harga naik dan turun tergantung event. Kadang ada hari gratis.
    - nonton film di bioskop
    Di Bandung, Indonesia, seminggu atau dua minggu sekali, aku pergi ke bioskop. Di Semarang, hobi ini kukurangi karena masalah gaji. Di Jerman apalagi.
    Namun kini aku sudah bekerja di Jerman, nampaknya aku harus menggairahkan hobi ini lagi. BTW, biaya bioskop itu sekitar 5 hingga 10 euro di Jerman tergantung hari, posisi kursi, lama film, 3D atau normal, dan student atau bukan.
    - kebun binatang
    Baru sekali aku pergi ke kebun binatang di Jerman, yaitu di Bremerhaven. Waktu itu, tiket masuk 7 euro kayanya.
    - biaya party atau dugem
    Berhubung acara jalan-jalan ke gunung dan berkumpul di api unggun jarang kulakukan di Jerman, aku "terpaksa" ikut acara dugem dan party.
    Tiket masuk club buat party alias dugem biasanya 5 sampai 10 euro. OK, klub elit dengan undangan masuk berbeda harganya (sama seperti di Indonesia). Acara party untuk student di kampus juga biasanya berbayar 7 euro.
    Lalu beli bir dalam klub biasanya habis 2 atau 3 euro per botol.
    Dalam setahun, aku ikut 3 hingga 6 party berbayar. Kalau diaproksimasi, sebulan habis 6 atau 7 euro buat party.
    Mending cari private party gratisan, kita cukup membawa keripik 2 euro dan bir six pack 6 euro atau wine 3 euro  atau jus buah tak beralkohol seharga 60 sen buat host party. Biasanya private party itu berhubungan dengan acara ulang tahun, rumah baru, dll.
  11. Biaya tak terduga
    Seperti yang sudah disebut, semua biaya di atas diaproksimasikan per satu bulan. Lalu semua dijumlahkan. Jumlah tersebut ditambah 10 atau 30 % ketidakpastian. Siapa tahu aku kelupaan dengan biaya lain yang tak kutulis.

Semua biaya di atas, mengasumsikan gaya hidup sebagai single di Jerman. Kalau biaya buat mereka yang berkeluarga bisa berbeda. Cara mengaproksimasinya adalah dengan koefisien sebagai berikut.

  • punya pasangan hidup (suami/istri/kawan kumpul kebo/apapun namanya): kalikan 1,7.
    Misalnya pengeluaran kita 500 euro per bulan kalau single. Kalau punya pasangan jadi 850 euro per bulan.
  • punya pasangan hidup dan 1 anak: kalikan 2,2.
    Kalau pengeluaranku 500 euro per bulan sebagai single, maka sebagai seorang kepala keluarga, total pengeluaran menjadi 1100 euro per bulan.
  • punya pasangan hidup dan 2 anak: kalikan 2,6.
  • punya pasangan hidup dan 3 anak: kalikan 3
  • punya pasangan hidup dan 4 anak: kalikan 3,4
  • seterusnya tinggal tambahkan 0,4 untuk koefisien di atas kalau jumlah anak (maupun pasangan hidup) bertambah.

Silahkan lihat contoh biaya hidupku dulu di Bremen di sini. Biaya hidupku di Nürnberg masih kuaproksimasi. Jadi belum selesai kuhitung.

 

Nürnberg, 11 Maret 2012

iscab.saptocondro

Menipu diri sendiri: tambahkan beberapa menit

Sebagai orang Indonesia, aku termasuk orang yang masih sering menipu diri sendiri. Satu contohnya, aku masih suka memajukan jam lima atau sepuluh menit. Teman-temanku dari Indonesia juga suka melakukan ini. Kalau mereka ditanya kenapa, jawabnya supaya tidak telat, supaya bisa bangun lebih awal, dll. Kalau ditanya lebih kritis lagi, apalagi oleh orang Eropa, teman-temanku bisa gelagapan menjawab.

Aku sempat mengobrol dengan kawan-kawan Eropaku tentang kebiasaan memajukan jam yang dimiliki oleh banyak orang Indonesia. Bagi mereka, kebiasaan ini "does not make sense" (English-speaking) atau "Das ist Unsinn!" (Deutsch/ German-speaking). Kawan-kawan Eropaku berpikir kalau kita sudah tahu jam tangan bergeser sepuluh menit, tentu kita tahu jam berapa sekarang sesungguhnya. Masalah telat maupun tidak telat bukan terletak pada apakah jam di tangan kita digeser beberapa menit melainkan pada niat kita untuk datang tepat waktu atau tidak. Begitulah cara berpikir kawan-kawan Eropaku.

Aku punya kawan Indonesia yang sempat marah karena ada orang Jerman berkata bahwa kebiasaan memajukan beberapa menit adalah hal yang "nonsense". Kawan Indonesiaku ini bilang orang Jerman ini aneh. Aku hanya tersenyum. Orang Jerman biasa berbeda pendapat dan bisa mengemukakan pendapatnya blak-blakan. Teman Indonesiaku ini marah karena kebiasaan memajukan jam 10 menit adalah bagian dari identitasnya. Siapa yang tidak marah kalau tradisi alias kebiasaan diremehkan serta identitas diinjak-injak. Buatku sih, temanku ini sedang tidak siap menerima kenyataan.

Aku berpikir kalau aku tahu jamku maju sepuluh menit, tentu aku sadar jam berapa sekarang. Kalau bangun pagi dan lihat jam tersebut dengan pengetahuan bahwa jam kumajukan sepuluh menit, aku tetap tahu jam berapa sesungguhnya sekarang. Jadinya memang betul, memajukan 30 menit pun tidak akan mengobati masalah ketidaktepatan waktu.

Masalah lain adalah kalau ada orang Eropa bertanya jam berapa sekarang, kita harus menghitung dulu jam berapa sesungguhnya sekarang. Suruh siapa, ya, memajukan beberapa menit. Menghitung ini butuh waktu. Berapa lama menghitungnya tergantung kondisi mental kita. Hal inilah yang memancing orang Eropa  bertanya kenapa kita memajukan jam beberapa menit. Pada kondisi mental yang tak siap, kita bisa marah-marah kalau mendapat pertanyaan kritis.

Nah, walaupun aku tahu bahwa memajukan jam beberapa menit itu "nonsense" atau "Unsinn", aku tetap memajukan jamku sepuluh menit. Kenapa? Karena sepuluh menit adalah prediksi waktu tempuh dari pintu rumahku ke halte kereta bawah tanah terdekat kalau aku jalan santai. Jadinya kalau aku lihat jam ketika aku usai mengunci pintu rumah/apartemen, aku tahu kira-kira jam berapa aku sampai halte/stasiun kereta.

Ke depannya, aku butuh mobile apps yang cocok buatku yang senang menipu diri sendiri ini. Mobile apps ini harus bisa menunjukkan beberapa mode waktu pada layar telpon genggam: waktu sesungguhnya, waktu dimajukan (mode menipu diri sendiri), waktu di kota lain, dll. Kalau apps ini belum ada, berarti aku harus belajar membuat apps sendiri.

 

Nürnberg, 11 Maret 2011

iscab.saptocondro