Sabtu, 28 Januari 2012

warkop dki vs Eskimo Limon

Pada tahun 1987, ada film dari Warkop DKI yang berjudul "Makin Lama Makin Asyik" (wiki). Dono, Kasino, dan Indro berperan sebagai tiga anak kos. Ibu kosnya adalah Tante Sarah, diperankan oleh Susy Bolle. Lalu datang keponakan ibu kos bernama Erna, diperankan oleh Meriam Bellina. Di sini Timbul berperan sebagai pacar ibu kos.

Tante Sarah tidak suka tiga anak kosnya bergaul dengan keponakannya, walaupun Dono, Kasino, dan Indro berusaha menarik hati Erna. Waktu Erna mengajak ke klab malam, ketiga Warkop DKI harus menyamar sebagai wanita. Ini adegannya.

Nah, sebelum film video Warkop DKI ini dibuat, ada film Israel bernama Eskimo Limon (imdbwiki), dalam Bahasa Ibrani אסקימו_לימון. Dalam Bahasa Inggris, film ini disebut Lemon Popsicle (wiki) dan dalam bahasa Jerman disebut Eis am Stiel (wiki1, wiki2). Di film ini, ada tiga tokoh Bentzi/Benny, Yuda'Leh/Johnny/Hughie, and Momo/Bobby. Total ada 8 film Eskimo Limon, dimulai dari yang pertama tahun 1978 hingga terakhir tahun 1988. Film Israel ini diedarkan lebih dahulu di Jerman sebelum di Hollywood, Amerika Serikat. 

Pada tahun 1982, ada film Eskimo Limon 4: Roman Za'ir, dalam bahasa Ibrani ספיחס. Dalam bahasa Jerman, Eis am Stiel 4: Hasenjagd. Dalam bahasa Inggris, Lemon Popsicle 4: Baby Love. Benny, Johnny, dan Bobby ikut wajib militer. Benny mengejar cinta Rina di kamp militer. Ada komandan pria dan wanita yang menjaga kamp. Ketika ketiga kawan tersebut ingin menyelinap ke kamp militer perempuan, mereka salah masuk ke tempat hiburan karena kabur takut ketahuan komandan. Di sana mereka harus menyamar jadi wanita karena ternyata komandan pria dan wanita lagi kencan di sana.

Ini adegannya dalam dubbing Jerman, tetapi dengan gambar yang bagus.

Lagu yang dipakai adalah Mama Yo Queiro (I want my Mama) dari Carmen Miranda. Dalam bahasa Portugis, Mama Eu Quero.

Satu adegan film Warkop DKI "Makin Lama Makin Asyik" meniru adegan Eskimo Limon 4. Dono, Kasino, dan Indro membuat plesetan adegan film Israel. Irama lagunya sama, koreografi dan kostum mirip, sedangkan lirik di-Indonesia-kan.

Benny diganti Kasino.

Johnny diganti Dono.

Bobby diganti Indro.

Komandan pria diganti Timbul.

Komandan wanita diganti Tante Sarah (Susy Bolle).

Bangsa Indonesia adalah bangsa pinggiran. Indonesia bukan pusat peradaban dunia. Kreativitas bangsa Indonesia lahir dari meniru atau mengadaptasi budaya dari pusat peradaban. Kitab Arjuna Wiwaha yang asli Jawa menambah isi Mahabharata yang asalnya dari India. Jimat Kalimasada mengadaptasi Mahabharata dari India, dan sufisme Islam dari Arabia dan Levant. Dono, Kasino, Indro membuat plesetan film asing dengan meniru kemudian menambah cita rasa Indonesia ke dalam film-filmnya. Mungkin hanya La Galigo yang asli dari Indonesia tanpa adaptasi budaya luar.

Untuk memajukan Indonesia, kita harus menyadari siapa kita dan dari mana kita mulai. Sebagai bangsa pinggiran, kita harus memulai dengan mencomot budaya asing dari sana-sini lalu meraciknya dengan nuansa lokal sehingga tercipta hal baru yang kreatif seperti nenek moyang kita. Seperti ilmu kungfu Tarian Harimau dan Bangau, adalah gabungan Sodokan Bangau dan Cakar Harimau. 

Mari lihat adegan film Eskimo Limon asli dalam bahasa Israel. Walau videonya jelek, tapi bahasanya asli kaga didubbing.

 

Indonesia Pusaka

Aku suka video klip ini. Jaya Suprana bisa menyatukan politisi paska Soeharto dalam satu video musik, dengan segenap kelebihan dan kekurangannya (dalam bermusik). Walaupun berbeda kepentingan politik namun bisa bersatu dalam satu lagu.

Pengen juga bikin beginian dengan tokoh-tokoh mahasiswa dan ilmuwan Indonesia yang merantau di luar negeri.

 

Nürnberg, 28 Januari 2012

iscab.saptocondro

 

Minggu, 01 Januari 2012

Selamat Tinggal 2011

Di penghujung tahun 2011 ini, aku hanya ingin mengucap syukur.

Januari 2011, aku bersyukur bisa dapat pekerjaan buruh produksi di suatu perusahaan madu di Bremen. Aku berterimakasih kepada Ilham, Lia, dkk yang memperkenalkan aku dengan kerjaan ini. Di pabrik ini, aku bisa bertemu dengan rekan kerja yang asyik. Aku belajar banyak bahwa di tempat kerja, kita bukan hanya sekedar mesin produksi, melainkan sebagai manusia biasa, yang bisa tertawa dan menangis. Terima kasih atas segenap tawa yang diberikan oleh Danilo, Zxenia, dkk. Terima kasih atas curhat yang diberikan oleh Sonja.

Aku juga berterima kasih kepada Felix Oey yang memotretku buat CV di bulan Januari. Tidak lupa pasangan Abriansyah dan Enggar yang jadi make-up artist buat foto ini.

Februari 2011, aku bersyukur atas semua lamaran kerjaanku yang ditolak. Aku berterimakasih karena Mas Nganu (maksudnya Andi) yang datang jauh-jauh dari Spanyol untuk berkunjung ke Bremen. Juga kawan-kawan yang mengajakku makan bareng merayakan tahun baru Cina. Aku bersyukur karena mendapatkan visa mencari kerja hingga Oktober.

Maret 2011, aku bersyukur atas kawan-kawan yang baru datang di Bremen. Sebetulnya aku lupa apa yang terjadi bulan ini. Oh, ya, terima kasih atas segenap pengalaman mencari kerja di CeBit di Hannover. Tanpanya, aku tak tahu menghadapi tantangan mencari kerja bagi seorang Ausländer di Jerman. Terima kasih kepada Mas Yadi dan Mba Mia yang meminjamkan aku charger Nokia beserta telpon genggamnya supaya aku bisa menghadapi wawancara telpon.

April 2011, aku bersyukur atas kawan-kawan Indonesia yang membuatku mencuci piring tengah malam pada acara Indonesian Culture Night di ESG Bremen. Kalian tinggalkan aku seorang diri, hehehe. Aku juga bersyukur atas segenap ajakan grillen kawan-kawan, terutama Jambrong. Aku berterimakasih atas pengalaman ikut demo melawan pawai NeoNazi di Bremen. Terima kasih atas pengalaman berlari-lari dikejar polisi anti huru-hara. Tiada kesan, demo tanpa Sebastian, Meity, Rio, Rafi, Laura, dll.

Mei 2011, aku bersyukur atas semua ajakan makar (makan-makan dan bakar-bakar). Terima kasih kepada Mba Dian yang datang berkunjung ke Bremen. Terima kasih atas lamaran doktoral yang ditolak.

Juni 2011, aku bersyukur karena tidak terkena wabah mencret berdarah akibat EHEC. Aku bersyukur karena tak bisa melihat bulan merah jambu, Blood Moon, karena tertutup awan. Di bulan ini, aku bersyukur karena bisa menandatangani kontrak kerja sehingga aku bisa mendapat penghasilan seperti hari ini.

Juli 2011, aku bersyukur atas musim panas yang indah dan ajakan grillen. Terima kasih atas acar syukuran dari Perki Bremen karena aku telah mendapatkan pekerjaan. Terima kasih karena aku tahu di mana aku ditempatkan untuk bekerja. Aku memohon maaf kepada Aldine, sepupuku, karena tak bisa datang di acara pernikahannya walaupun aku sudah berjanji.

Agustus 2011, aku bersyukur karena bisa memulai pekerjaan baru. Terima kasih karena aku dapat tempat tinggal sementara dekat kandang sapi, hehehe. Terima kasih atas visa yang bisa kuperpanjang. Terima kasih karena di tempat kerja, aku belajar bahasa bernama Python dan software baru: dSPACE AutomationDesk, INCA, dll.Terima kasih atas rekan kerja baru.

September 2011, aku bersyukur karena aku bisa tersambung ke internet kembali. Terima kasih atas semua usaha mencari rumah yang ditolak. Terima kasih kepada Hengky Leo, yang merelakan kamarnya jadi tempat penitipan barang-barangku. Terima kasih kepada Tasha atas bantuan spesial. Terima kasih Kamerad Rodin atas kardus pindahan.

Oktober 2011, aku bersyukur karena bisa tanda tangan kontrak apartemen. Terima kasih kepada Tasha dan Kamerad Romi atas bantuan spesial. Terima kasih atas kawan-kawan baru yang kukenal di Herzogenaurach, Erlangen, dan Nürnberg.

November 2011, aku bersyukur karena bisa pindah ke apartemen baru. Terima kasih kepada Hengky Leo yang membantuku pindahan. Terima kasih pula atas rusaknya laptopku sehingga aku bisa membeli yang baru. Tanpanya aku takkan belajar bersabar menghadapi  limit atas kartu kredit dan limit bawah tabungan harian. Terima kasih atas kawan-kawan baru di Nürnberg yang membuatku merasakan nikmat mulut dan siksa dubur.

Desember 2011, aku bersyukur atas akhir tahun ini. Terima kasih atas kawan-kawan baru di Erlangen. Terima kasih atas persekutuan di Nürnberg yang membuat Natalku tak sepi. Terima kasih atas ajakan hari ini, menutup tahun 2011 bersama.

Aku mohon maaf kepada seluruh keluarga besar di Bandung, Jakarta, dan Semarang karena hanya bisa menitip doa ketika Eyang Putri berpulang tanggal 29 ini. Sekarang aku tahu arti pandangan mata dan nada suara Eyang Kakung dan Eyang Putri ketika aku berpisah dengan mereka untuk pergi ke Jerman meraih cita-citaku. Sekarang aku mengerti mengapa Eyang Putri bersusah-payah walau sakit untuk memberi salam perpisahan 6 tahun lalu. Hari itu adalah perpisahanku yang terakhir dengan mereka. Tahun depan, rumah di Semarang akan berbeda buatku. Aku akan mengunjungi rumah mereka tetapi tanpa mereka berdua.  

Selamat tinggal 2011!