Senin, 02 September 2019

Menulis sistematis

Aku lagi ingin bisa menulis secara sistematis. Akhir-akhir ini, sering muncul ide mendadak tentang sesuatu, yang sebagian cocok untuk jadi bahan tulisan. Tetapi karena "bad timing", aku tidak bisa membuahkan ide menjadi tulisan. Sebagian ide kucatat di buku, dengan harapan akan jadi tulisan. Sayangnya sebagian besar ide, kucatat terpencar-pencar di cuitanku di media sosial. Jadinya kalau mau mengingat-ingat ide, harus kucari di mesin pencari media itu.Ternyata mencatat ide juga harus sistematis, bukan hanya menumpahkan ide tersebut jadi tulisan.

Kesulitanku dalam menulis secara sistematis juga tidak hanya terjadi dalam dunia blogging, melainkan dalam hal kegiatan akademik yang seharusnya jadi Dharma utamaku 2013 s.d. 2017. Aku jadi tidak bisa menulis paper ilmiah. Padahal seharusnya seorang mahasiswa doktoral menghasilkan publikasi ilmiah secara rutin. Kuputuskan untuk mengakhiri perjuangan doktoralku dan kupilih bekerja menjadi engineer pemekas perangkat lunak.

Menjadi engineer, aku menulis sistematis karena dipaksa oleh komputer. Kalau coding kan bisa error, kalau aku menulis tidak patuh aturan dan tidak taat algoritma. Hal-hal non coding, hanyalah tulisan pendek di readme dan dokumentasi. Sebagian sisa-sisa didikan akademik dalam pendidikan doktoral memang membantuku menulis dokumentasi secara sistematis. Tapi aku masih menyimpan segenggam kecewa karena tak menamatkan studi doktoral.

Kini aku berusaha menulis blog secara rutin kembali. Tujuannya untuk mengembalikan kemampuan menulisku yang tertekan masalah psikologis: writer's block / Schreibblockade / mampat nulis (en,de). Sebetulnya masalah psikologis dalam menulis ini terkait dengan persoalan finansial dan keluarga. Semua kegalauan membuatku mampat menulis. Aku harus mengobatinya dengan menulis hal-hal panjang, yang bukan hanya 120 karakter di media sosial. Jadilah aku berusaha merutinkan tulisan panjang yang sistematis: dari menyusun ide, mengumpulkan bahan, hingga menjadi tulisan. Kemampuan ini kucoba kubangkitkan kembali, setelah terkubur terlalu lama dalam kegalauan jiwa.

Semoga tulisan ini bisa merutinkan aku dalam menulis. Jadi blog ini tidak sepi lagi.


Stuttgart, 1 Suro eh 1 September 2019,

iscab.saptocondro
PS. Aku pindah ke Stuttgart: akan kuceritakan pada tulisan blog selanjutnya

Selasa, 12 Februari 2019

Tercatat dalam buku

Aku teringat kawanku yang memiliki dua buku tulis. Satu buku selalu dibawanya ke mana-mana. Satu lagi ditaruhnya di sebelah tempat tidur.

Buku yang selalu dibawanya adalah buku ide. Setiap kawanku mendapat ide, ia lekas menuliskan idenya di buku tersebut. Kalau lagi ngobrol bareng, kadang ada orang lain mencetuskan ide yang menarik, kawanku juga lekas mencatat ide tersebut.

Buku yang ditaruh di dekat tempat tidur ialah buku mimpi. Jadi kalau ia bangun atau terjaga dari tidur, ia bisa mencatat mimpi apa sebelumnya. Tentu saja kalau ia masih ingat mimpinya. Aku tidak terlalu tahu apakah kawan ini senang masang nomor seperti diriku, atau tidak. Yang jelas, buku mimpi yang ia gunakan, sangat membantunya dalam kegiatan story telling.

Kedua buku tersebut membuat kreativitas kawanku dalam berkarya. Ada ide-ide yang muncul dalam kegiatan keseharian secara sadar. Ada yang muncul dalam mimpi. Ada yang muncul dadakan ketika memandang jendela angkutan umum dalam perjalanan. Ada yang muncul tiba-tiba saat di kamar mandi.

Zaman sekarang ialah zaman aplikasi digital pada gawai elektronik. Mencatat ide maupun mimpi sebetulnya bisa dilakukan dengan apps. Namun ada sensasi tersendiri ketika menulis dengan tangan dan bolpen, pada buku kertas. Tekanan pada jari, gerak pergelangan tangan, semua bisa mengalun sesuai irama jiwa, ketika menulis dengan bolpen dan buku tulis. Aplikasi digital hanya memiliki gerakan tunyuk-tunyuk dan swipe, yang kurang cocok dengan irama jiwaku.

***

Ada hal yang kutiru dari kawanku, yaitu buku ide. Aku tidak mencatat mimpi, jadi buku mimpi tak terlalu kubutuhkan. Aku juga lebih suka melupakan mimpi, karena tak mau meramal masa depan, yang kaga ada hubungannya dengan masang nomor.

Kembali ke buku ide. Aku hanya menggunakannya untuk mencatat ide-ide apa yang muncul dalam rangka penulisan blog-blog milikku ke depan. Akan tetapi aku tidak memiliki kebiasaan seperti kawanku yang bawa buku ide ke mana-mana dan sigap mencatat ide yang muncul. Ada beberapa ide yang sempat kucatat. Ke depannya, aku akan mengisi blog sesuai dengan ide-ide pada bukuku.

Oh, ya, kalau ada yang bertanya apakah tulisan ini berasal dari buku ide, maka kujawab tidak. Aku hanya ingin menulis sesuatu demi mengisi blog ini, tapi aku lupa mau menulis apa. Kubuka buku ide, aku merasa bukan waktu yang tepat untuk menulis sesuai ide-ide yang telah kucatat sebelumnya. Ada ide tulisan yang membutuhkan riset (maksudnya Google Search). Ada ide yang membutuhkan kondisi emosi dan fisik yang pas: sekarang lewat tengah malam, semangat tidur, demi pagi indah siap kerja.

Kalau ada pembaca yang ingin memberi ide mengenai apa yang perlu kutulis di blog ini, silahkan komentar atau kirim pesan via akun-akun media sosial milikku: aku mudah ditemukan di Google.


Lindau, 12 Februari 2019

iscab.saptocondro 
"Menulislah! Writing tresno, jalaran soko kulino."

Kamis, 22 November 2018

November 2018 sebelum purnama

Dua hari menjelang purnama November 2018, aku mencoba menulis blog kembali. Ada banyak hal yang membuatku tak mampu menulis. Perpindahan kerja dan mitigasi bencana finansial sepanjang 2016 dan 2017 mengakibatkan diriku kehilangan kreativitas. No more muse!

Menulis hal penting seperti paper ilmiah tidak sanggup. Menulis hal-hal receh macam blog ini juga tak mampu. Aku betul-betul terkena mampat menulis / Schreibblockade / writer's block. 

Kini aku harus memulihkan kemampuanku dalam menulis. Aku harus bisa mengalirkan isi kepala ke dalam bentuk tulisan, yang dimengerti manusia. Kalau menulis tulisan yang dimengerti mesin, seperti coding python, itu sudah menjadi keseharian. Tapi tetap saja, ada bagian yang harus dipahami manusia.

Dengan berbahasa, aku menjadi manusia yang nyata. Aku harus menulis untuk mengembalikan kemanusiaanku yang tertindas oleh bayang-bayang utang dan tagihan bulanan. Kini saatku aku melawan penindas mental dalam jiwaku. 
Darah Juang!


Lindau, 21 November 2018

November 2018

Dua hari menjelang purnama November 2018, aku mencoba menulis blog kembali. Ada banyak hal yang membuatku tak mampu menulis. Perpindahan kerja dan mitigasi bencana finansial sepanjang 2016 dan 2017 mengakibatkan diriku kehilangan kreativitas. No more muse!

Menulis hal penting seperti paper ilmiah tidak sanggup. Menulis hal-hal receh macam blog ini juga tak mampu. Aku betul-betul terkena mampat menulis / Schreibblockade / writer's block. 

Kini aku harus memulihkan kemampuanku dalam menulis. Aku harus bisa mengalirkan isi kepala ke dalam bentuk tulisan, yang dimengerti manusia. Kalau menulis tulisan yang dimengerti mesin, seperti coding python, itu sudah menjadi keseharian. Tapi tetap saja, ada bagian yang harus dipahami manusia.

Dengan berbahasa, aku menjadi manusia yang nyata. Aku harus menulis untuk mengembalikan kemanusiaanku yang tertindas oleh bayang-bayang utang dan tagihan bulanan. Kini saatku aku melawan penindas mental dalam jiwaku. 
Darah Juang!


Lindau, 21 November 2018

Senin, 26 Desember 2016

Kisah kuda dan kucing

Dulu aku pernah menonton Godfather versi disensor. Ada adegan bangun pagi lalu melihat ranjang penuh darah lalu ketika selimut dibuka, ada suara teriakan panik. Ketika aku menonton ulang versi tidak disensor, aku jadi tahu itu kepala kuda. Beginilah adegan tersebut.



Kuda yang mahal, seharga 600 ribu US dollar. Sayang sekali, ia harus mati demi konflik politik antar mafia. Sperma kuda seperti itu bisa berharga ribuan dollar. Sangat mahal bila dibandingkan harga spermaku.



Sementara itu, di tahun ini, ada film yang heboh tentang kucing. Dari suatu sinetron Indonesia, satu keluarga bisa pasang tampang kaget dan sok panik, karena ada kucing jadi korban. Andai itu kucing betulan. Tapi itu hanyalah kucing mainan, yaitu Hello Kitty. Sebagai fan, aku jadi ilfil dengan Paramitha Rusady dan Nabila Syakieb, yang menyia-nyiakan kemampuan akting untuk adegan Hello Kitty Rebus. Beginilah sebagian adegan Hello Kitty Rebus.



Yang tadi itu Hello Kitty Rebus versi Eka Gustiwana. Potongan asli sinetron tidak berhasil kutemukan di youtube. Di satu sisi, bersyukur juga tidak ada adegan sadis kucing direbus. Di sisi lain, Hello Kitty rebus yang bikin Nabila Syakieb dan Paramitha Rusady sok panik juga mengganggu akal sehat penonton.

Silahkan dibandingkan kehebohan karena melihat kepala kuda di balik selimut dalam film Godfather dan melihat Hello Kitty rebus dalam sinetron Indonesia, Mana yang paling asyik. Mana yang favorit. Begitulah kisah kuda dan kucing. Silahkan dipilih.

***

Berhubung ini tentang kuda dan kucing, aku jadi ingin memberi tips nonton film. Jika ingin menonton kisah kuda unicorn dan tiga kucing, lebih baik nonton Despicable Me. Cocok buat keluarga. Tidak ada kehebohan Hello Kitty yang direbus. Juga tidak ada kepala kuda yang ditaruh di bawah selimut, tetapi ada kepala boneka dan mainan anak-anak. Sayang sekali tidak ada soundtrack "Ambilkan bulan, Bu" dalam film Despicable Me.


Bremen, 25 Desember 2016

iscab.saptocondro

Minggu, 25 Desember 2016

Ucapan Selamat Natal

Memberi ucapan selamat itu sebetulnya hal yang sederhana. Ia hanya suatu bentuk pemberian seseorang kepada yang lain untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi. Juga bisa berarti turut berbahagia dengan seseorang yang diberi ucapan selamat. Orang biasanya dapat ucapan selamat kalau ia berulangtahun, menikah, punya anak, sukses melewati suatu proses, atau merayakan suatu hari keagamaan. Asumsi yang dipakai adalah ada orang yang sedang berbahagia, makanya ia layak mendapat ucapan selamat. Makanya dalam bahasa Eropa, ucapan selamat menggunakan kata "happy", "merry", "feliz", "felice", "froh", "frohlich", "good", dll. Jadi mengucap selamat berarti menunjukkan turut berbahagia.

Akan tetapi kadang ucapan selamat juga bisa dipolitisasi. Entah untuk apa. Yang jelas manusia senang mempengaruhi sesamanya untuk mengikuti kemauannya, makanya ada politik. Ucapan selamat hari raya keagamaan jadi tema yang perlu dibahas apakah ia layak atau tidak diucapkan. Berhubung judul posting ini  "Ucapan Selamat Natal", aku ingin bercerita mengenai sedikit kegaduhan yang melewati kuping kiriku dan kananku.

***

Sebagai seorang Katolik, aku tidak mengucapkan "Selamat Natal" sebelum tanggal 25 Desember. Kecuali aku sudah merayakan Misa Malam Natal 24 Desember. Empat minggu sebelum 24 Desember, bagiku adalah masa Advent. Makanya orang Katolik merayakan Natal bersama hanya pada masa-masa 12 hari Natal, yaitu dari 25 Desember s.d. 5 Januari.

Bagaimana kalau ada yang mengucap selamat natal sebelum 24 Desember?
Aku punya banyak pilihan untuk menjawabnya. Kalau jadi asshole atau Arschloch, aku bisa saja menjawab dengan ketus "Sekarang belum Natal!". Lalu dengan penuh napsu, berharap ideologiku mengenai Natal menjadi keyakinan yang dominan. Tapi aku memilih untuk berkata "Terima kasih!", tanpa ada ucapan selamat Natal dariku.

***

Suatu hari, aku juga mendapat pesan elektronik berisi keluhan sok heboh, mengenai bahwa ucapan "Merry Christmas" akan diganti dengan "Season's Greeting". Orang Kristen yang paranoid mengatakan bahwa itu gejala sekulerisasi dengan paksaan. Aku tak tahu mau bicara apa. Yang kutahu, bahwa tidak semua orang beragama Kristen, dan bagi mereka liburan akhir Desember dan tahun baru itu bukan perayaan Natal. Ucapan yang cocok untuk mereka yang bukan Kristen adalah "Happy Holiday" atau "Season's Greeting". Itu adalah hal yang normal. Namun sejumlah orang Kristen merasa mereka perlu mendominasi kebudayaan bahwa akhir Desember itu harus mengucap "Merry Christmas" atau "Selamat Natal".

***

Di kala lain, ada juga pesan berulang mengenai fatwa MUI tentang larangan ucapan selamat Natal. Tentu saja, Hari Natal 25 Desember bukanlah perayaan agama Islam, jadi aku tidak memerlukan ucapan selamat Natal dari orang yang tidak merayakan. Kelahiran Nabi Isa sebetulnya ada juga dalam tradisi Islam, tapi kelahirannya tidak lazim diperingati dalam kalender internasional umum maupun kalender Hijriah. Ada yang menganggap ucapan selamat hari raya agama lain itu merusak akidah. Akan tetapi, sebagian kawanku yang muslim, memberiku ucapan selamat natal, bahkan ada pula yang pemilih PKS. Aku juga hanya bisa membalasnya dengan ucapan "Terima kasih!" dan "Selamat liburan!".

***

Sebetulnya kita bisa memilih ingin berkomunikasi seperti apa dengan orang lain. Apakah kita ingin memiliki "mutual respect" dengan sesama dengan memberi ucapan selamat dan menerimanya dengan ramah. Atau kita ingin mendominasi orang lain dengan keyakinan atau ideologi kita dan berharap mereka semua tunduk dengan kemauan kita. Tanpa politisasi yang berlebihan, aku memilih untuk menerima ucapan selamat Natal dengan "Terima kasih!" yang sederhana.

Berhubung aku menulis ini sebelum aku pergi Misa Natal, jadi ucapan Selamat Natal akan kuucapkan besok saja. Mari kita nonton video dari JP Sears tentang ucapan selamat Natal di facebook atau di youtube berikut.



Selamat berucap!
"Keberanian adalah pelaksanaan kata-kata." (W.S. Rendra)


Bremen, 24 Desember 2016

iscab.saptocondro

Selasa, 17 Mei 2016

Kuntilanak Merah Marun Bersalin Merintih

Aku masih bingung kenapa orang sering menyalin tulisan orang lain. Baiklah, aku tahu mereka menyalin karena tidak punya kreativitas untuk membuat tulisan sendiri. Ada juga yang menyalin dengan cara shake and paste lalu ditampilkan di media pers resmi demi honor tulisan. Ada juga yang mencuri tulisan supaya blog terasa penuh content, lalu dipakai untuk membangkitkan iklan (dan traffic, dengan teknik SEO).

Intermezzo: Aku juga tidak kreatif dalam membuat gambar, jadinya aku kadang mencomot gambar dari Google untuk mengisi blog ini. Kalau asal-usul gambar jelas, aku cantumkan sumbernya. Aku juga tidak mengambil keuntungan dari semua tulisan blog.

***

Beberapa orang menggunakan anti right click, supaya tulisan di blog mereka tidak disalin. Masih bisa diakali sih. Bagi banyak orang, tulisan itu seperti anak sendiri. Menyalin tulisan seperti menculik anak dari pemiliknya. Sudah dilahirkan dengan susah payah, dicuri orang lain, lalu dipakai keuntungan komersial. Semua tulisanku adalah milik publik, lebih tepatnya milik blogspot dan wordpress. Mereka bisa menghapus tulisanku. Aku pun sedih kalau anakku dibunuh. Tapi aku tetap menulis untuk khalayak ramai, bukan untuk kepentingan komersial. Tiada iklan yang kupakai untuk kepentinganku. Semua iklan adalah milik blogspot dan wordpress. Aku menulis untuk mencapai keabadian, bukan untuk kepentingan ekonomi, Jadi aku masih merelakan para plagiat menyalin tulisan-tulisanku di blog yang sebetulnya tidak terlalu bermakna.

Kali ini, aku ingin membicarakan tulisanku yang disalin oleh orang lain. Tulisan tentang "tips mencari beasiswa" pernah disalin dan diedit lalu tampil di surat kabar. Tulisanku tersebut tidak kupakai untuk mencari keuntungan pribadi. Penyalin menggunakannya untuk dapat honor. Teknik menyalin yang dipakainya adalah "Shake and Paste". Lumayanlah masih ada "shake", alias diedit dikit.

Tulisanku yang lain yang disalin adalah "Goyang Kuntilanak Merah". Tulisanku ketika di Bayern ini disalin dengan cara "Copy and Paste" mentah-mentah teksnya. Yang digoyang sedikit adalah font tulisan. Judul diganti menjadi "Goyang Dahsyat Kuntilanak Merah". Penyalinan tulisan kuduga menggunakan bots, hanya judulnya yang diutak-atik oleh manusia. Penyalin memiliki 37 jenis iklan di blognya. Selain itu, teknik SEO yang dipakainya bisa menempatkannya di halaman awal Google. Betul-betul blog komersial.

Aku tak menyangka mengapa Kuntilanak yang bergoyang bisa menarik untuk disalin. Padahal goyang Higgs Boson lebih menarik. Atau goyang gelombang gravitasional juga masih lebih keren. Yah, mau apa lagi. Kita hidup di zaman ketika tulisan salinan lebih mudah muncul di Google Search Engine dan Yahoo News aggregator, daripada tulisan aslinya. Juga zaman ketika video asli Angklung Hamburg bermain "Indonesia Pusaka" di Youtube kalah jumlah view dengan video plagiatnya. Bagi orang yang suka originalitas sepertiku, ada rasa sebak di dada menghadapi situasi ini. Menyalin itu hendaknya mencantumkan sumber aslinya (dan sebaiknya minta izin kalau ada copyright).

Selamat bersalin dan menyalin!

***

Definisi:

Persalinan adalah proses bersalin, yaitu proses melahirkan anak. Bagi beberapa orang, kegiatan kreatif untuk menghasilkan tulisan, gambar, karya seni, kriya, thesis, dll itu seperti proses kehamilan dan persalinan. Ada masa-masa kreatif yang bikin galau dan emosi tidak stabil seperti orang hamil. Masa-masa melahirkan tulisan atau karya kreatif itu seperti proses persalinan, ada rasa pedih dan sakit. Ketika tulisan sudah lahir, ada masa-masa baby blue.

Penyalinan adalah proses menyalin. Beberapa kegiatan menyalin bisa dikatakan plagiat, ketika ia tidak mencantumkan sumber yang disalin. Pada beberapa kegiatan penyalinan juga selain mencantumkan sumber juga butuh izin dari sumber.

Kuntilanak atau Pontianak adalah sosok serupa wanita berambut panjang. Dalam masyarakat patriarkis, wanita menjadi subordinat dari pria. Hanya dengan kekuatan gaib, sosok wanita bisa ditakuti oleh pria. Jadilah wanita yang kuat, menjadi Kuntilanak. Untuk menghapuskan kuntilanak, harus ada revolusi. Masyarakat patriarkis harus dihapuskan sehingga kesetaraan antara pria dan wanita tercapai, maka mitos Kuntilanak akan hilang dengan sendirinya dari kesadaran masyarakat.

Rintihan Kuntilanak, adalah lagu dari The PanasDalam. Aku akan mencoba bikin cover lagu ini di youtube. Tunggu tanggal mainnya aja.



Merah marun, adalah warna merah seperti biji marun atau maroon atau kastanya. Marun yang bisa bermain musik, disebut sebagai Maroon Five. Di sana, ada mas Adam yang bisa menyanyi melengking. Tapi lengkingannya masih kalah efeknya dengan cekikikan Kuntilanak. Yang lagi ngetrend adalah Misteri Tahu Bulat bersama Mas Adam Levine.



Segitiga Merah Marun adalah judul lagu dari The PanasDalam. Lagu ini membuatku terharu, mengingat masa-masa sekolah dulu ketika aku masih lugu.



Kuntilanak Merah Marun Bersalin Merintih adalah usaha kreatif menghubungkan kata-kata tidak bermakna menjadi lebih tidak bermakna. Revolusi absurdisme dimulai dari merayakan kehancuran struktur-struktur pembangun makna.

Nyoiii...


Bremen, 16 Mei 2016

iscab.saptocondro