Rabu, 28 Januari 2015

Twitter dan Tissue Toilet

Aku suka dengan film seri "2 Broke Girls" [1], tentang dua wanita yang "broke" [2] dan menjadi kelas pekerja untuk menyambung hidup. Mereka berdua bernama Max Black dan Caroline Channing. Keduanya bekerja di warung makan milik Han. Di sana bekerja pula seorang bekas pemain musik yaitu Earl. Banyak kritik sosial yang muncul dalam film seri ini, dalam bentuk satire dan jokes yang sinis atau sarkastis. Sarkasme adalah hal yang membuatku jatuh cinta dengan Max Black, yang diperankan oleh Kat Dennings.

Max Black (Kat Dennings), "2 Broke Girls" from CBS 


Sesuai judul posting blog ini, pada satu episode, Earl berkata bahwa dulu dia mencatat ide-ide di tissue toilet, kini orang menggunakan Twitter. Kritik sosial yang menarik. Kebetulan aku termasuk orang yang menggunakan Twitter untuk mencatat ide. Lebih tepatnya aku menggunakan social media lain (Plurk, Path, dll) yang kemudian disambung ke Twitter. Aku dibesarkan di Indonesia yang tidak memiliki tradisi bersih diri menggunakan tissue toilet, tetapi dengan air dan sabun [3].

Tissue toilet dulu digunakan juga oleh Antonio Gramsci [4], ketika menulis teori-teori Marxisme ketika Gramsci dipenjara pada zaman Mussolini. Andai Gramsci bisa menulis di blog atau di Twitter, mungkin Marxisme Italia memiliki perkembangan berbeda dalam perlawanannya menghadapi  fasisme Mussolini dan Hitler.

Dalam kisah "V for Vendetta" [5], versi film [6], diceritakan bahwa Evey Hammond, membaca gulungan tissue toilet yang ditulis oleh Valerie Page. Dari gulungan tersebut, Valerie Page menceritakan dirinya seorang aktris film yang dipenjarakan lalu dihukum mati, oleh pemerintah yang fasis, karena Valerie lesbian. Evey Hammond mengalami simulasi penyiksaan dalam penjara sembari membaca gulungan tersebut. Oh, ya, Evey Hammond diperankan oleh Natalie Portman dalam film. Adegan ketika Evey mengalami simulasi penyiksaan mengingatkanku akan OSpek di ITB yang kualami. Jadi bagian ini yang paling berkesan dalam film.

Aku juga teringat dulu di ITB memiliki kawan yang membawa buku ide. Dia menulis ide-idenya di buku kecilnya kalau tiba-tiba inspirasi muncul. Ketika tidur, buku ide berada di sampingnya. Siapa tahu dia susah tidur atau tiba-tiba terbangun karena ide menghampirinya. Aku tidak mencontoh cara kawanku mencatat ide.

Aku mencatat ideku secara acak-acakan. Kadang di buku tulis. Kadang di kertas. Kadang di Twitter (via social media lainnya). Kadang di blog. Kadang di Excel. Kadang di file txt yang kutulis dengan notepad dan text editor lainnya. Kadang jadi coding singkat dalam bahasa C/C++ atau MATLAB. Karena catatanku tersebar dalam berbagai bentuk dan di mana-mana, aku suka pusing kalau harus mengingat-ingat. Akan tetapi, aku belum pernah mencatat ide di tissue toilet.

Jadi di manakah kamu biasanya mencatat ide?

***

[1] "Two Broke Girls", adalah serial TV dari CBS (fb; wiki: en,de,idimdb).
[2] "broke" biasanya diterjemahkan sebagai bangkrut. Namun dalam konteks ini, lebih tepat jika "broke" diartikan sebagai tidak punya banyak uang. Caroline Channing tiba-tiba "broke" karena kekayaan keluarganya disita oleh pengadilan karena ayahnya melakukan kejahatan finansial. Caroline kehilangan tempat tinggal dan akhirnya menumpang di apartemen Max. Sedangkan Max Black "broke" karena dia memang lahir dari kelas pekerja dan dia tak punya modal dan alat produksi. Max menyambung hidup dengan bekerja dan tinggal murah secara ilegal di suatu apartemen.
[3] Bersih diri = cebok
[4] Antonio Gramsci adalah seorang teoretikus Marxisme dari Italia (wiki: en,de,id; web marxist org).
[5] "V for Vendetta" (1982) adalah komik karangan Alan Moore dan David Lloyd, tentang seorang anarchist bertopeng "Guy Fawkes" bernama V yang melakukan revolusi melawan Pemerintah Inggris yang fasis (wiki: en,de,id).
[6] "V for Vendetta" (2005) adalah film adaptasi komik [4] di atas, disutradarai oleh James McTeigue dan ditulis oleh Wachowski bersaudara (wiki: en,de,idimdb).

Semoga ide-idemu tidak terguyur bersama tissue toilet, atau tertimbun oleh kicauan Twitter yang tak bermakna.


Oldenburg, 28 Januari 2015

iscab.saptocondro

Tidak ada komentar: