Senin, 18 Agustus 2008

Waku, anjingku

Kudapatkan kabar dari Indonesia, Waku, anjingku sudah mati sekitar 2 tahun tambah 2 bulan lalu.
Kata bokap dan nyokap, dia tak mau makan. Mungkin dia sakit. Atau hanya sekadar tua.
Sehari sebelum mati, kata bokap dan nyokap, Waku menangis. Entah kenapa?
Sayang sekali aku pergi jauh ke negeri seberang, sehingga aku tak bisa merawatnya di hari-hari terakhirnya.

Dulu, Waku sangat lincah. Dia senang meloncat-loncat. Larinya cepat sekali.
Kalau dia berdiri dengan 2 kaki, tingginya melebihi tinggi nyokap.

Waku telah menemaniku dari aku 1 SMA (tahun 1995) hingga kini. Saat itu umurnya setahun. Kudapat dari Pak Syam tetanggaku, yang malas pakai kacamata, dan senang sekali pidato.
Waku adalah temanku yang setia ketika aku terkena badai asmara tahun 1995 dan tahun 2000. Tentu saja selain teman-teman Lucky 7 dan bangsa-bangsa.

Waku sangat manis, apalagi kalau tersenyum. Walau dia kadang sadis, bisa menyabik-nyabik tikus dan kucing, serta menangkap burung yang terbang dengan loncatannya.
Waku yang dulu makan dengan lahap, baik makanan yang diberi oleh kami (bokap, nyokap, dan aku) maupun makanan hasil buruannya. Kini ia mati setelah beberapa hari tanpa napsu makan.

Tidak ada komentar: