Ignatius Sapto Condro Atmawan Bisawarna bisa bicara banyak di Blogs
Sabtu, 22 Desember 2012
Jumat, 14 Desember 2012
Ujian akhir tahun 2012
Setelah menguji kemampuan smartphone dalam menulis, kuketahui bahwa hasilnya tidak sesuai harapan. Kini aku mencoba menggunakan posterous lagi, yang kadang berhasil dan kadang tidak.
***
***
***
Semoga pada ujian ini, tidak ada kegagalan yang berarti.
Kawanku berkata, jangan menunda pekerjaan, karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. #fb plurk.com/p/htrfzl
— iscab.saptocondro (@saptocondro) December 14, 2012
Nürnberg, 14 Desember 2012
Kamis, 06 Desember 2012
CURHATAN BUPATI GARUT
CURHATAN BUPATI GARUT
Pernikahan yang hanya 4 hari aku rajut,
kini mulai disangkut paut,
sebagai skandal yg menurutku gak perlu diribut,
ini pasti ada yang menghasut,
dalam arena politik wajar kl saling sikut dan saling hasut,
agar aku lengser dari Bupati Garut,
tapi aku gakkan beringsut,
walau terjadi kemelut.
Awalnya aku kepincut,
oleh Fani Oktora yang lemah lembut,
orgnya ramah gak pernah cemberut,
dan suka makan tutut.
Dia terlihat seperti gadis penurut,
kalo diajak bicara dia slalu manggut manggut,
tapi sayang dirinya robek dibagian selaput,
mungkin sblm aku sdh ada yg merenggut,
begitupun sakit polionya yg mulai akut,
sampai masalah bau mulut,
sungguh tak patut,
jadi wajar kl dia aku luput,
ikrar janji suci pernikahanpun aku cabut.
...
Tuhan… aku skrg sudah mulai takut,
karena kasusku terus di usut,
skrg aku mulai tersudut,
tidak hanya pihak Fani yang menuntut,
tapi masyarakat luaspun ikut tersulut,
berat badanku yg dulu agak gendut,
skrg sdh mulai beringsut surut,
memikirkan nasib karir politikku yg mulai semrawut,
pikiranku semakin kusut,
pekerjaanku semakin carut marut,
bisa saja aku menjadi bangkrut,
skrg aku bisanya cuma kentut dan kentut,
jantungku sdh mulai lamban berdenyut,
semoga saja aku gak sampai semaput,
apalagi dijemput malaikat maut,
namun aku harus tetap chemungut,
Tuhan… maafkan aku krn ajaranmu tak ku anut,
hingga aku tak bisa menjaga ini perkutut,
sehingga ia bebas terbang kemana ia ingin bergelayut dan memagut.
Benar firman Tuhan, akan terjadi petaka kl kita tidak bisa menjaga benda yg dibawah perut,
diatas lutut,
benda yg mirip liliput,
yaitu iwak belut.
Garut, 6 Desember 2012
Ini ceritakut, apa ceritamut?
*kopas dari Vivi, karena tulisannya kuanggap lucu imut-imut*
Sabtu, 27 Oktober 2012
Ujian
Kamis, 25 Oktober 2012
Antara Google dan aku
Aku memberi informasi semaunya.
Terinspirasi dari Pidi Baiq, The PanasDalam.
Nürnberg, 25 Oktober 2012
iscab.saptocondro
Sabtu, 06 Oktober 2012
Dalam genggaman
Padamkanlah gaptekku!
Nürnberg, 6 Oktober 2012
iscab.saptocondro
Jumat, 17 Agustus 2012
Indonesiaku 2012
Dirgahayu Republik
Umurnya sudah 67 tahun, kalau aku tak salah hitung.
Apakah definisi dari kata merdeka? - Saykoji
Revolusimu belum selesai! - RasMuhamad
Nürnberg, 17 Agustus 2012
Minggu, 05 Agustus 2012
Misteri geol mujaer
Tulisan ini bagian dari catatan perjalanan kursus geol mujaer, yang kulakukan antara 3 dan 19 Juli 2012.
***
Geol mujaer ini masih misterius. Selama lima tahun mujaer bergeol, orang Indonesia yang kukenal tidak tahu sama sekali mengenai geol ini. Mereka malah membahas goyang bebek versus goyang itik. Mengenai bebek dan itik akan kuceritakan kemudian karena sekarang saatnya geol mujaer.
Aku mendapat pesan dari kawan di Belanda:
"Tanyakan kepada rumput yang bergoyang, seperti kata Ebiet G. Ade. The answer is blowing in the wind, like Bob Dylan said."
Mungkin aku harus bertanya kepada mujaer yang bergeol, bukan rumput yang bergoyang.
Walau sama-sama ikan, bertanyalah pada mujaer yang bergeol dan jangan kepada ikan lele yang berkumis. Ini karena Baso Pak Kumis telah tiada di tempat kursus geol mujaer. Selain itu, Si Kumis kalah suara sama Si Kotak-kotak di putaran pertama. Ternyata aku juga tak sempat makan pecel lele di sana.
Baso Pak Kumis telah tiada di sini.
— iscab.saptocondro (@saptocondro) July 13, 2012#fb Ini tiada hubungannya dengan pemilihan gubernur di kota tetangga. plurk.com/p/guf1nf
Nah, seperti apakah geol mujaer?
Langkah pertama mempelajari geol ini adalah dengan melihat video berikut, yang sudah kutampilkan di tulisanku sebelumnya.
Ternyata sulit juga menangkap maksud geol mujaer dari Ayu Ting Ting dan Aam dari Barakatak. Kutemukan video lain dari Ayu Ting Ting yaitu "Ya Iya deh". Di situ akan terlihat gerak dasar geolnya. Seperti pesan menteri olah raga si jaman Eyang Soeharto masih berkuasa dulu, "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat", mari kita berlatih geol mujaer demi kebugaran badan.
Men sana corpori sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Semoga dengan kedua video di atas, makna geol mujaer bisa diresap hingga kalbu yang terdalam.
Nürnberg, 5 Agustus 2012
P.S. Nantikan tulisan selanjutnya mengenai geol mujaer versus goyang Higgs-Boson.
Minggu, 29 Juli 2012
Catatan perjalanan kursus geol mujaer
Kini kumulai catatan perjalanan kursus geol mujaer. Beberapa temanku bertanya-tanya mengenai perjalanan ini. Apa yang melatarbelakangi perjalanan ini?
Dalam tradisi Yahudi, setelah 6 tahun hidup seperti biasa, ada 1 tahun yang diberikan untuk Tuhan. Tahun ini disebut tahun penghapusan utang (Ulangan 15:1-2, wiki:id,en). Nah, setelah merasakan 6 tahun tinggal di Jerman menjadi Bang Thoyib, kurasa pada tahun ketujuh, aku harus mudik ke tanah kelahiranku.
Tanah kelahiranku bukan Yerusalem di Israel, melainkan kota Bandung yang katanya bermartabat di Indonesia. Sewaktu masih muda, Bandung tidak bermartabat tetapi berhiber. Hiber artinya terbang dalam bahasa Sunda. Jadi diharapkan bagi orang Bandung untuk hiber alias terbang seperti manuk dadali (burung dari keluarga elang Jawa, yang merepresentasikan Burung Garuda). Walaupun aku sudah pernah belajar Yoga, tetapi aku masih belum bisa terbang. Akan tetapi aku sudah merasakan terbang dengan pesawat untuk merantau ke negeri seberang.
Di tahun 2007, ketika Ayu Ting Ting masih berumur 17 tahun, dia mencoba masuk industri musik. Dia bertemu dengan musisi dugem terkenal di Bandung, namanya Barakatak. Band ini biasanya membawakan house music dengan nuansa Sunda dan dangdut Priangan. Nah, pertemuan ini menghasilkan satu single bernama "Geol Ajeb-ajeb". Dalam liriknya terdapat kata "geol mujaer".
Nah, pada tahun ketujuh, kupersembahkan tahun ini untuk Tuhan. Dalam agamaku, ada misteri iman yang harus kupercaya dan selalu diucapkan setiap kali mengikuti Perjamuan Kudus (1 Korintus 11 dan Yoh 6:53-57, wiki:id,en,de). Nah, makanya tahun ketujuh ini aku berusaha untuk mencari makna Misteri Geol Mujaer dalam lagu Geol Ajeb-ajeb tersebut. Apa itu geol mujaer?
Misteri geol mujair. plurk.com/p/gjlz6l
— iscab.saptocondro (@saptocondro) June 3, 2012
Perjalanan kursus geol mujaer dimulai dengan suatu misteri. Selalu ada Tanda Tanya Agung yang menempel pada diriku. Dan sudah jadi fitrahku untuk berjuang menjawab setiap tanda tanya ini. Jadinya selain kerinduanku akan tanah kelahiranku, akar di mana aku berasal, aku pun tertarik untuk belajar geol mujaer tersebut.
Do not disturb! Lagi serius belajar geol mujair. Walau telat dari tahun 2007. #fb plurk.com/p/gl1vyt
— iscab.saptocondro (@saptocondro) June 8, 2012
Maka dimulailah perjalanan ini di awal bulan Juli 2012, dengan segenap harapan dan kerinduan.
Pati geni. Kembali ke akar. Kursus geol mujaer. Mulai besok. #fb plurk.com/p/groahb
— iscab.saptocondro (@saptocondro) July 2, 2012
***
Video ini menggambarkan akar dari geol mujaer dari Barakatak & Ayu Ting Ting
***
Nürnberg, 29 Juli 2012
Sabtu, 30 Juni 2012
Jumat, 22 Juni 2012
Senin, 18 Juni 2012
Sesuatu...
Pada kamu, ada sesuatu...
Itu bukan kata-kata dari Syahrini, melainkan dari Hari Mukti di tahun 90-an.
Untuk kamu, belahlah dadaku.
Ada kamu, di dalam bingungku
Pada kamu, hanyalah rinduku
Walau kamu tak semancung
Gunung-gunung di belahan bumi pertiwi
Lirik yang menarik, ada kata "belah" dan "gunung" serta "dadaku".
Ingin rasanya aku melihat belahan itu.
Nürnberg, 17 Juni 2012
P.S. Aku bingung, apakah posting di atas ada sesuatu hubungan dengan belahan Syahrini.
Kamis, 07 Juni 2012
Timeline, with or without you.
Senin, 28 Mei 2012
Ulah SEO pada 28 Mei 2012
blog: http://iscab.wordpress.com
***
Akhirnya kuubah blog ini dari status untuk semua umur menjadi PG13.
Beginilah Google mengenal blogku.
Nürnberg, 28 Mei 2012
iscab.saptocondro
*facepalm*
Selasa, 22 Mei 2012
Lagu dari Sukamenak Indah
Di Sukamenak Indah, dekat jalanan terusan Kopo, di Kabupaten Bandung, terdapat pengarang lagu pop Sunda. Lagu-lagunya lumayan terkenal di tahun 80-an dan 90-an di Bandung. Pengarang ini bernama "Emen".
Lagu asyik, berjudul "Emen" karangan si Emen, cocok buat yang patah hati.
Buat yang pengen bunuh diri, pakai racun tikus yang belinya harus berutang.
Buat yang pengen gantung diri, pakai tali kolor warna hitam.
Lagu asyik, dimulai dari kesengsaraan patah hati, kemudian semakin lama semakin optimis dan semakin tegar dalam menjalani hidup. Cocok buatku yang sering menertawakan diri sendiri ketika menhadapi ketololan.
"Maunya sih aku bunuh diri, Emen... tapi aku masih ingin hidup, Emen... Biar sakit hati ini"
"Kahayangna kuring bunuh diri, Emen... tapi kuring masih hayang hirup, Emen... Najan kuring nyeuri hate" (versi Sunda)
Sekarang jalan Kopo bernama Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim.
Jalan Terusan Kopo tempat berbelok ke Sukamenak Indah bernama Jalan Kopo-Sayati.
Nasib Emen bagaimana, yah, di abad 21 ini?
Nürnberg, 22 Mei 2012
Jumat, 18 Mei 2012
Devosi untuk Lady Gaga
Devosi untuk Lady Gaga
Devotione ad Domina Gaga
Devotion to Lady Gaga
Salam Gaga, Marry the Night.
Yoü and I besertamu
terpujilah engkau di antara Paparazzi
dan terpujilah buah tubuhmu, Little Monster
Lady Gaga, Mother Monster,
doakanlah kami yang Born This Way
sekarang dan waktu kami sampai The Edge of Glory
***
Ave Gaga, Marry the Night
Yoü and I tecum
benedicta tu in Paparazzi
et benedictus fructus ventris tui, Little Monster
Lady Gaga, Mother Monster
ora pro nobis Born This Way,
nunc, et in hora The Edge of Glory
***
Hail Gaga, Marry The Night
Yoü and I is with thee
Blesses art thou among Paparazzi
and blessed is the fruit of thy womb, Little Monster
Lady Gaga, Mother Monster
pray for us, who are Born This Way
now and at the hour of The Edge of Glory
***
Nürnberg, 17 Mei 2012
Kamis, 17 Mei 2012
Mati lampu
Satu hal yang bikin kangen sama Indonesia adalah mati lampu. Di saat inilah, gemerlap bintang dan senyum manis rembulan bisa terlihat cantik di malam hari. Selama tinggal 5 tahun di Bremen, Jerman, dulu cuma sempat kurasakan dua kali mati lampu.
Akibat seringnya mati lampu, DJ di Indonesia mengomposisi lagu ini. Cocok buat sarjana Teknik Elektro yang senang dengan hal yang kelap-kelip.
Salam dunia gemerlap (dugem) dan dunia kelap-kelip (dulalip).
Nürnberg, 17 Mei 2012
iscab.saptocondro
dugem dulalip
Sabtu, 12 Mei 2012
Kidung untuk Kuntilanak
Setelah mendengarkan tangisan perempuan di apartemenku di Nürnberg, aku mendapatkan suatu inspirasi tentang lagu untuk Kuntilanak. Dalam budaya Jawa, ada tembang lain yang berhubungan dengan Kuntilanak. Lagu ini bernama Kidung Lingsir Wengi. Lingsir berhubungan dengan terbenamnya matahari dan Wengi artinya malam. Lagu ini cocok untuk didendangkan menjelang malam. Nyanyikan lagu ini dengan sepenuh hati, setelah Sang Mentari kembali ke peraduannya, selayaknya orang Jawa mengucapkan mantra dalam bentuk tembang maupun pupuh.
Nürnberg, 6 Mei 2012
P.S. Sebagai seorang dukun, aku melihat sosok kuntilanak sedang cukur ketek, di film-film Indonesia.
Rabu, 18 April 2012
Eksperimen Lontong
Mencoba membuat lontong.
$latex \int\frac{d(tong)}{(tong)} = \ln(tong)$
Semoga sukses,
Minggu, 15 April 2012
Tujuan Hidup?
Setelah musim semi Arab tahun 2011, seorang blogger Tunisia bernama Lina Ben Mhenni diwawancara mengenai sistem politik baru di Tunisia. Mau dibawa ke arah mana politik Tunisia? Kata gadis Tunisia ini, "We don't know what we want but we know what we don't want".
Kondisi Tunisia sejak tahun 2011 mirip dengan kondisi Indonesia paska 1998. Diktator turun meninggalkan sistem bobrok yang korup dan penuh tirani. Akan tetapi rakyat tak tahu mau ke mana. Sebagian ingin menggantikan pemimpin. Sebagian merindukan pemimpin yang satria piningit sekelas Imam Mahdi yang bisa jadi mesias bagi semuanya. Tapi rakyat disodorkan dengan pemilihan umum yang menyediakan calon pemimpin yang tak sesuai dengan hal-hal ideal di benak mereka.
Setelah calon tersebut duduk di dalam kepemimpinan, entah menjadi pemerintah maupun menjadi anggota parlemen (DPR), ternyata sistem busuk membuat pemimpin menjadi ikut busuk apapun latar belakang indah ketika mereka masih jadi calon. Seorang ulama jadi koruptor. Seorang rohaniwan jadi koruptor. Wanita baik-baik jadi koruptor. Rakyat kecewa. Sayangnya kita tak tahu mau dibawa ke mana arah negara ini.
Sebagian rakyat ingin negara Islam tapi sebagian lain bilang "Sorry, gua Katolik. Gua kaga akan dukung elu". Sebagian ingin negara liberal tapi sebagian lain bilang "Sorry, gua pengen mempertahankan tradisi gua. Gua kaga bakal dukung elu." Sebagian ingin pembangunan tapi sebagian lain bilang "Enak aja, rumah gua digusur. Enak aja, hutan gua disikat. Sorry, gua kaga bakal dukung elu". Mencari tujuan bersama dalam bernegara itu kaga mudah, kawan.
Tiga paragraf di atas adalah tentang tujuan bersama. Sekarang aku ingin bercerita tentang tujuan pribadi. Memiliki tujuan hidup bisa mudah bagi sebagian orang dan sulit bagi lainnya. Aku termasuk orang yang sulit dalam menemukan tujuan hidup. Bisa dikatakan kalau aku termasuk orang yang dikatakan oleh Baz Luhrmann bahwa sampai umur 40 tahun pun aku tak punya tujuan hidup. Kata-katanya bisa diperoleh dari lagu Everybody's Free to Wear Sunscreen yang menjadi soundtrack film produksinya yaitu Romeo + Juliet (1996) yang dibintangi Leonardo di Caprio dan Claire Danes.
Aku tak pernah dididik untuk memiliki tujuan hidup. Aku terdidik untuk mengikuti perintah. Orangtuaku memberiku perintah. Aku juga dididik di sekolah Katolik yang isinya adalah aturan dan pilihan yang kumiliki cuma dua: menuruti peraturan atau menerima konsekuensi jika melanggar peraturan. Negaraku memberiku tujuan hidup yaitu menjadi manusia Indonesia sesuai P4 dan sesuai pedoman "Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga". Masyarakat juga memberiku tujuan hidup bahwa manusia itu sekolah, kuliah, cari kerja, menikah, punya anak, punya rumah, lalu mati masuk surga, apapun caranya.
Aku dilahirkan sebagai manusia yang penuh tanda tanya. Tuhan menganugerahiku dengan tanda tanya agung yang selalu kubawa bersamaku ke mana pun aku pergi. Tanda tanya ini bisa dibaca di novel Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari (True Dee). Dengan tanda tanya seperti itu tujuan hidup manusia lainnya takkan bisa menempel dengan mudah ke dalam tujuan hidupku. Aku tak pernah berhenti mempertanyakan mengenai makna hidup dan tujuan hidup. Tidak ada satu manusia pun yang bisa menghentikanku untuk bertanya. Hanya jemputan Sang Kematian yang bisa membuatku berhenti bertanya. Mungkin tujuan hidupku adalah menjadi Tanda Tanya.
Kalau ada orang yang bertanya apa tujuan hidupku, kujawab dengan jujur "Aku tak tahu. I don't know." Pewawancara kerja saja kutipu dengan kukatakan "I want to be engineer", "I want to be a researcher", dll. Aku juga menipu perempuan kalau ditanya mengenai tujuan hidup, dengan jawaban "Aku ingin bersama kamu. Kamulah tujuan hidupku." yang kadang dibumbui "till death do us part" alias "hingga kematian memisahkan kita".
Sewaktu memilih jurusan kuliah, aku kebingungan. Aku tak tahu aku ingin jadi apa. Semua test minat dan bakat yang kuikuti memberiku jawaban kalau aku bisa apa aja. Inilah kutukan Bisawarna, aku bisa segalanya, bisa warna merah, kuning, hijau, biru, putih, hitam, dll. Aku adalah seorang multitalent. It is both a gift and a curse. Di satu sisi, aku bisa belajar banyak hal baru tapi di sisi lain, aku jadi pusing dalam memilih tujuan hidup. Talenta mana yang ingin kukembangkan? Orang yang sukses biasanya orang yang memilih satu talenta dan telah menghabiskan 10000 jam hidupnya mengembangkan talenta tersebut (kata Malcolm Gladwell di bukunya: The Outliers).
Sewaktu mau daftar UMPTN, aku memilih jurusan secara acak. Aku tak tahu mau milih jurusan apa. Karena suatu kebetulan, aku bisa diterima kuliah sastra listrik di universitas gajah tapa di Bandung. Aku juga kaga tahu mau milih apa dalam bidang sastra listrik ini. Sesuai prinsip "I don't know what I want but I know what I don't want", aku menolak elektronika, persamaan Maxwell, rangkaian listrik tiga fasa, dan pemrograman. Aku memilih Kendali karena tak suka Aroes Koeat, Telekomunikasi, Elektronika, dan Komputer. Pilihan tolol. Karena di Kendali aku juga tak bisa menghindari pemrograman sewaktu tugas akhir. Aku adalah makhluk yang matematis tapi tidak logis. Jadinya berat bagiku menerjemahkan persamaan matematika yang bisa kumainkan indah dengan bolpen dan kertas ke dalam algoritma komputer. Buatku bahasa manusia lebih indah daripada bahasa pemrograman. Jawa, Sunda, Inggris, dan Jerman lebih enak kupelajari daripada C/C++, Python, MATLAB, Java, dll.
Karena kebetulan lagi, bukan karena aku punya tujuan hidup, aku pernah menjadi guru di suatu SMA dan juga dosen di suatu universitas. Aku suka mengajar dan punya pengalaman jadi guru les privat. Ketika kebetulan sedang menjemput seseorang untuk pulang bareng (ehem...), aku diajak seorang Ibu Guru untuk melamar kerja di sana. Kebetulan juga aku seorang pengangguran saat itu. Melalui proses wawancara dan test kepribadian, aku bisa jadi guru. Sebagian muridku bisa jadi kawan dugemku di Jerman saat ini. Karena aku merasa sebagai guru di SMA, kemampuanku tidak bisa berkembang maksimal serta kecintaanku pada dunia sastra listrik tak kesampaian, aku mencoba menjadi dosen. Karena kebetulan memiliki kenalan di universitas, aku melamar jadi dosen. Kena wawancara dan test kepribadian lagi, deh.
Aku selalu dilekati tanda tanya akbar dari Tuhan yang Akbar. Jadinya aku bertanya-tanya kenapa aku tak puas menjadi guru di SMA. Padahal aku suka mengajar. Gaji? Keinginan untuk mengembangkan diri? Aku juga tak puas jadi dosen. Aku bertanya dalam hatiku kenapa aku diberi tujuan hidup seorang dosen bernama Tridharma tapi tidak diberi dana, waktu, dan upah cukup untuk menjalankan ketiga Dharma tersebut. Tridharma perguruan tinggi adalah pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Aku harus mengajar untuk kuliah dan mempersiapkan bahan ajar dengan waktu terbatas. Aku harus meneliti dengan dana seadanya dan bikin paper (yang buatku paper sampah). Aku juga bosan dengan politik tempat kerja dalam setiap rapat dan pertemuan dosen. Lebih baik waktuku kuhabiskan mempersiapkan kuliah dan membaca paper daripada terlibat politik.
Suatu kebetulan menyelamatkanku dari politik terkutuk. Aku dapat beasiswa DAAD yang bisa membuatku merantau ke Bremen, Jerman. Aku melanjutkan kuliah sastra otomasi sesuai bidangku sastra listrik dan sastra kendali. Bukan karena aku memiliki tujuan hidup di bidang otomasi. Aku hanya ingin studi S2 di Jerman dan kebetulan juga aku bisa sedikit berbahasa Jerman.
Ternyata aku kena lagi dengan Rangkaian Tiga Fasa, persamaan Maxwell, dan pemrograman di universitas ini. Tiba-tiba aku dihadapkan dengan kecemasan akut. Salah jurusan?
Rangkaian tiga fasa dan ilmu-ilmu sakti dari Aroes Koeat seperti Power Converter kulewati dengan senyum kemenangan. Aku gagal dalam Mekatronika dan Electrical Drives. Ternyata aku memang tak mengerti tiga fasa dalam motor listrik. Untung ini kuliah pilihan. Setidak-tidaknya aku bisa bikin konverter. Persamaan Maxwell juga bisa kulewati dengan senyum tipis kemenangan. Tipis karena berada di ambang lulus dan tak lulus. Yang penuh darah dan air mata adalah pemrograman. Hal inilah yang bikin aku tak lulus Cum Laude di Indonesia. Ternyata di Jerman, aku kena ini lagi dan menghabiskan waktu dan uang gara-gara ini.
Kata seorang kawan, "Jika hidup terasa berat, ingatlah suatu hari, kita akan mati". Nampaknya aku tak bisa belajar bahasa pemrograman. Setelah mengobrol sedikit dengan jeruk, aku berpikir kalau aku tak mungkin belajar pemrograman dalam keadaan hidup. Aku harus mengakhiri hidupku.
Pada ulang tahunku ke-29, aku bangun pagi dan menerima email kalau aku dipecat (atau diusulkan untuk dipecat) dari universitas di Indonesia. Kosong. Hampa. Aku pergi keluar rumah. Tanpa teman untuk curhat. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Hidupku berakhir? Aku menelpon wanita yang kucintai. Biasanya dia mau ngobrol dikit dan setidak-tidaknya mengucapkan selamat ulang tahun untukku di hari itu. Dia tidak ada. Ketika dia mengangkat telponku, dia sedang bersama pria lain yang jadi kekasih barunya. Waktu yang tak tepat buat curhat. Dia juga nampaknya lupa ulang tahunku. Cintaku kandas. Tiba-tiba dunia berputar. Napasku sesak. Terima kasih, Tuhan! Aku mati hari itu.
Setelah kematianku, aku bangkit berdiri menatap langit. Seperti kata Ibu Harper kepada Alan Harper dalam film seri Two and The Half Man, manusia perlu merasakan jatuh ke tempat terdalam sehingga dia sadar bahwa satu-satunya jalan adalah ke atas karena dia sudah tak mungkin jatuh ke bawah lagi. Kalau Syekh Siti Jenar mencapai tahap manunggal kawula ing Gusti, aku mencapai tahap manunggal kawula ing Seda. Aku telah bersatu dengan kematian.
Dalam keadaan hidupku dahulu, aku tak sanggup belajar pemrograman. Setelah kematianku, aku bisa belajar bahasa pemrograman baik baru maupun lama dengan cepat. Aku bisa mudah memindahkan persamaan matematika di kertas ke dalam algoritma pemrograman. Aku juga tak pernah khawatir dengan uang setelah kematianku. Aku hamburkan uangku untuk seminar pengembangan diri, cara menulis yang baik, makan-makan dan nonton bersama teman-temanku di Bremen, dll. Aku rela menghabiskan waktuku untuk belajar pemrograman step-by-step tanpa peduli pendapat orang lain yang menuntutku untuk cepat, makan dan nonton bersama kawan, dll. Aku jarang menolak undangan makan-makan di Bremen, baik gratis maupun bayar. Aku hanya menolak kalau bentrok jadwal.
Kusadari bahwa kematian memberikan keseimbangan di alam. Kematianku membuat hidupku seimbang antara memberi dan menerima. Memberi ilmu dan menerima ilmu. Memberi kebahagiaan dan menerimanya. Memberi uang dan menerimanya. Uang tidak dibawa mati. Tidak ada uang, puasa sejenak dan pinjam sebentar. Ada uang, makan enak dan bayar utang. Aku sadar bahwa aku harus menyadari siapa aku. Aku sadar bahwa aku memang tak punya tujuan hidup dan jangan membebani diriku dengan mencari tujuan hidup. Kematianku menyadarkanku bahwa aku harus bersatu dengan jagat alias universe. Biarlah Sang Jagat (Universe) membawaku kemanapun ia mau.
Kuikuti jalan hidup yang kebetulan kupilih, yaitu sastra otomasi. Kuselesaikan studi ini. Lalu kucari kerja secara acak. Yang penting, sesuai bidang. Aku pernah mencoba melamar kerja sebagai programmer C++. Ketika aku ditanya mengenai polimorphisme dan inheritance, aku bengong. Ternyata kemampuan C++ milikku pas-pasan. Mencari kerja mirip dengan mencari jodoh. Kalau sering ditolak, pilihannya dua yaitu makin merasa rendah diri atau jadi makin tahan banting. Karena aku tak punya tujuan hidup, aku berdiri di antara keduanya. Aku tak punya jati diri.
Suatu kebetulan datang lagi, aku diterima kerja di perusahaan yang terletak di jantung Jerman. Disebut jantung, karena lokasinya pas di tengah Jerman, yaitu Thuringen. Jantung Jerman ini merasakan trauma tirani Hitler dan tirai komunisme Jerman Timur. Runtuhnya tembok Berlin membuat Jerman bersatu memiliki jantung ini.
Perusahaan di jantung Jerman ini menempatkanku di perusahaan lain di Bayern. Perusahaan komponen kendaraan bermotor. Aku bekerja di kantor pusatnya. Ini karena litbangnya berada di sana. Kulihat peta kantor-kantornya. Tidak ada kantor di Indonesia. Aku bertanya dalam hatiku, apakah Indonesia masuk dalam tujuan hidupku. Nampaknya tidak. Aku memilih menjadikan Jerman jadi tujuan hidup sementara. Aku bekerja di tempat ini sampai putus kontrakku. Aku menjadi test engineer di perusahaan ini. Pekerjaan utamaku hanya mengetes perangkat lunak yang telah di-flash ke dalam ECU mobil. Pekerjaan lain adalah mengembangkan test bench baik perangkat keras maupun lunak. Kata Syekh Siti Jenar, ini namanya manunggal software ing hardware. Aku juga tak tahu yang kutes itu perangkat keras atau lunak karena keduanya telah bersatu.
Walau sudah jadi engineer, aku tetap tak tahu mau jadi apa aku. Aku tak punya tujuan hidup. Aku menerima diriku apa adanya, lengkap dengan jati diriku, identitasku. Aku punya berbagai topeng jati diri: guru, programmer, engineer, blogger, pecinta, tukang nonton, penikmat musik, facebooker, dll. Identitasku kudapatkan secara kebetulan bukan karena aku memiliki tujuan hidup. Aku tak ingin membebani diriku dengan mencari jati diri dan mencari tujuan hidup.
Nampaknya tujuan hidup yang saat ini kumiliki ada tiga (mirip Tridharma, yah?):
- menjadi Homo Sapiens dan Homo Economicus yang berusaha sintas atau survive, apapun caranya.
- menjadi pembelajar yang senang belajar hal-hal baru atau yang menarik, hingga memperoleh kesejatian seperti kisah Bima bertemu Dewa Ruci dalam Mahabharata.
- menjadi manusia yang berbagi dengan sesama, seperti Adipati Karna dalam Mahabharata
Mas Nugie menyanyikan lagu di hari kematianku dulu, yaitu Lentera Jiwa.
Cocok buat yang punya masalah dengan tujuan hidup.
***
Tentang musim semi Arab bisa lihat wiki atau guardian.
Atau bisa baca tulisan Mbak Merlyna Lim tentang sosial media dan gerakan oposisi di Mesir tahun 2004 hingga 2011, juga presentasinya, dan catatannya, serta wawancaranya bersama Slate.
Tentang Mbak Lina Ben Mhenni, bisa lihat blognya "A Tunisian Girl" atau baca wiki (en/de/fr) atau berita dari Guardian. Beliau masuk nominasi hadiah Nobel.
Kalau mau tahu lagu Everybody's Free to Wear Sunscreen dari Baz Luhrmann bisa lihat dua versi. Lagu ini muncul di film Romeo + Juliet ketika Juliet menemui Romeo di gereja secara sembunyi-sembunyi.
Versi 5 menit, katanya asli.
Versi 7 menit, kayanya kaga asli. Tapi ada teks bahasa Spanyolnya.
***
Akhir kata, aku hanya bilang begini tentang tujuan hidupku,
"I don't know what I want but I know what I don't want."
Nürnberg, 14 April 2012
Rabu, 04 April 2012
Indonesia Pusaka, Superman is Dead
Selain dari Saykoji dan dari tokoh politik Indonesia, lagu Indonesia Pusaka dari band Superman is Dead ini cukup menarik.
Indonesia Pusaka yang penuh semangat. (link)
Pusaka Indonesia kini masih tinggal di Nürnberg, Bayern, Jerman.
Nürnberg, 4 April 2012
iscab.saptocondro
Senin, 26 Maret 2012
Optimiscab vs Pesimiscab
Optimiscab : hop fading
Pesimiscab : hope fading
Optimiscab : membaca berita sains dan teknologi
Pesimiscab : membaca berita politik tentang Indonesia
Optimiscab: Mendengar musik Indonesia tahun 80-an dan 90-an
Pesimiscab: Mendengar musik Indonesia masa kini
Optimiscab: Menertawakan kebodohan baik yang dilakukan diri sendiri maupun orang lain
Pesimiscab: Menyesali kebodohan diri sendiri dan mengutuk kebodohan orang lain
Optimiscab: Mengikuti acara-acara PPI Jerman yang berhubungan dengan musik, olahraga, kesenian, dan makan-makan
Pesimiscab: Mengikuti diskusi dan rapat organisasi Indonesia di Jerman dan Eropa baik online maupun offline.
Optimiscab: Berkenalan dengan banyak orang baru, baik perempuan maupun laki-laki
Pesimiscab: Mencari jodoh
Optimiscab: Mempercayai diri sendiri
Pesimiscab: Mempercayai kata-kata orang lain
Optimiscab: Love is a verb
Pesimiscab: Love is a noun
Nürnberg, 26 Maret 2012
Minggu, 11 Maret 2012
Menipu diri sendiri: kurangi uangnya
Salah satu hal yang berhubungan dengan menipu diri sendiri adalah ketika mengatur anggaran belanja. Lebih tepatnya, ketika mengatur pengeluaran. Cara mengatur pengeluaran adalah dengan menulis biaya hidup kita di atas kertas. Mana yang biaya rutin bulanan, tahunan, dll. Berapa alokasi biaya pangan, sandang, papan/rumah, kebersihan (mandi, cuci, bersih-bersih), rekreasi, studi, dll.
Aku kenal banyak kawan, biasanya Indonesia, yang juga suka menipu diri sendiri dengan berkata bahwa pengeluaran bulanan gua cuma segini. Tapi aku tidak yakin bahwa pengeluarannya cuma segitu.
Cara pertama menipu sendiri adalah dengan tidak menulis biaya hidup di atas kertas. Jadi dia menipu ingatannya kalau dia pernah punya rencana pengeluaran sekian euro atau rupiah. Kalau aku bertanya, dia bisa balik nanya "Ah, emang gua pernah bilang gitu?".
Cara kedua menipu diri sendiri dengan membuat biaya hidup dengan menekan pengeluaran dengan cara tidak realistis. Aku punya kawan yang bilang mengalokasikan biaya belanja pangan 15 euro per 2 minggu. Aku cuma bisa berdehem "hmmmm". Kalau dia masak di rumah tiap hari dan kaga pernah makan keluar, mungkin habis 1-2 euro per hari. Angka 15 euro itu nampak realistis karena temanku bisa kaga makan 1 hari lalu hari berikutnya makan. Tetapi buatku, menyiksa diri sendiri bukanlah cara yang baik untuk menekan pengeluaran. Aku hanya sukses menyiksa diri sendiri dengan penghematan pangan ekstrem selama masa 3 bulan. Setelah itu, aku tak sanggup. Aku harus menikmati hidup juga. Temanku ternyata menipu diri sendiri. Pengeluarannya buat pangan ternyata di atas 15 euro per 2 minggu (30 euro per bulan). Dia juga suka beli kebab 3,5 euro kalau kaga masak di rumah.
Cara ketiga menipu sendiri adalah dengan mengomentari rencana anggaran kawan lain sambil berkata "Coba kurangi pengeluarannya! Masa sih kaga bisa dihemat lagi". Temanku di atas emang kuakui sangat lihai dalam menghemat biaya makan. Tapi untuk biaya pakaian/sandang, dia termasuk tipe "spender". Tiap bulan, ada pakaian baru, entah baju, celana, sepatu, parfum, dll. Kalau aku lihat, "Hmmm. Itu sepatu setidak-tidaknya 10 euro", pikirku. Celana "Angebot" minimal 6 euro, dll. Sebetulnya membeli sedikit barang murah dalam tingkat keseringan tinggi biayanya bisa sama aja dengan membeli barang mahal dalam jumlah sedikit. Yang menyebalkan adalah kalau temanku ini mengeluh mengenai biaya hidup sambil menuduh orang lain punya penghasilan lebih besar daripada dirinya sendiri. Yang dituduh biasanya kesal. Temanku ini pernah didamprat teman lain karena hal ini.
***
Prinsip menghitung anggaran hidup atau pengeluaran bulanan.
- Tidak menipu diri sendiri
- Tulis di kertas
- Hitung biaya rutin bulanan, sesuai kebiasaan atau gaya hidup kita
- Hitung biaya rutin tahunan/6-bulanan, lalu aproksimasi ke 1 bulan
- Hitung biaya lain jangka panjang, misalnya 5-tahunan, 7-tahunan, dll, lalu aproksimasi ke 1 bulan.
- Hitung dan jumlahkan semua.
- Analisis, mana biaya yang bisa dihemat dan mana yang diperbesar. Buatlah suatu niat bagaimana gaya hidup yang perlu diubah.
- Hitung lagi dan jumlahkan semua, lalu tambahkan biaya tak terduga sekitar 10 sampai 30 persen.
- Akhirnya dapatlah biaya bulanan kita
Biaya tak terduga adalah biaya akibat hal-hal yang tak diduga. Salah menghitung pengeluaran juga termasuk hal yang tak kita duga. Jadi angka ketidakpastian 10-30% membantu kita untuk tidak kaget kalau pengeluaran bulanan ternyata tidak sesuai dengan rencana penghematan kita akibat kita suka menipu diri sendiri.
***
Contoh caraku menghitung anggaran hidup atau pengeluaran
- Biaya pangan
Biasanya biaya pangan bersifat rutin bulanan.
- makan di rumah:
Aku mengonsumsi beras/nasi, roti, susu, sayuran, buah-buahan, jus. Aku alokasikan 70 euro per bulan karena seminggu sekali belanja pangan aku lihat bonku sekitar 10-19 euro, dengan rata-rata 16 euro per minggu.
- makan di luar:
Kalau aku makan di kantin kampus, tiap hari bakal habis 2,2 euro di Uni Bremen. Plus kopi, bisa nambah 70 sen, jadi 2,9 euro per hari. Dikali 20 hari kuliah jadi 58 euro per bulan.
Kalau aku seminggu sekali makan kebab atau makan Asia karena diajak teman, bisa nambah 3,5 s.d. 7 euro per minggu, jadi per bulan bisa nambah pengeluaran 14 s.d. 28 euro per bulan.
Sewaktu masih student, aku anggarkan 80 euro per bulan makan di luar.
Setelah jadi pekerja, biaya kantin 6-7 euro per hari dan ada 20 hari kerja, artinya untuk kantin aku keluar 140 euro per bulan.
Aku memilih makan di kantin untuk bersosialisasi, baik di antrian maupun di meja makan. Bisa saja aku bersusah payah menyiapkan bekal dari rumah dan makan sendirian yang lebih murah. Tapi kebutuhanku untuk bersosialisasi lebih besar. Anggap saja aku keluar uang untuk berinvestasi dalam social network. - Biaya sandang/pakaian
Biaya sandang bisa bersifat rutin bulanan maupun tahunan.
Bagi pria metroseksual dan wanita, biaya pakaian ini biaya rutin bulanan. Buatku yang pria katroseksual, biaya pakaian bersifat tahunan.
Kalau punya anak bayi, balita, hingga remaja, biaya pakaian juga rutin bulanan atau 3-bulanan. Bayi dari ukuran segenggam tangan bisa jadi setengah meter dalam setahun, pasti butuh pakaian baru.
Biaya pakaian itu baju, celana, pakaian dalam, sepatu, topi, kupluk, jaket, sendal, dan pernak-pernik lainnya.
Sejujurnya aku tak tahu berapa yang kualokasikan untuk biaya pakaian, aku rencanakan saja 30 euro per tahun. Jadinya 6 euro per bulan. - Biaya papan/rumah
Biaya ini biasanya bersifat bulanan
- Sewa
Kalau sewa kamar, rumah atau kos, pasti tiap bulan harus bayar uang kos atau sewa. Kalau tidak bayar bisa diusir.
Di Bremen, aku merasakan 3 hari numpang gratis, dan sewa kamar 250 dan 200 euro per bulan. Oh, ya, sewa kamar 200 euro tersebut meningkat secara dinamik 5 euro tiap tahun. Terakhir kali, aku bayar 215 euro per bulan.
Di Herzogenaurach (Bayern/Bavaria), aku merasakan 3 bulan tinggal dibayari kantor. Jadinya gratis buatku.
Di Nürnberg (Bayern/Bavaria), aku merasakan bayar kos 435 euro.
- Beli
Kalau beli rumah, biasanya orang bayar kredit. Tiap bulan harus bayar kalau kaga mau rumah disita.
- Uang muka
Uang muka selalu ada kalau beli rumah, biasanya antara 10-25% harga rumah.
- Uang jaminan / Kaution
Kalau sewa kamar atau rumah di Jerman, ada yang namanya uang jaminan yang disebut Kaution. Uang ini dibayar di awal, lalu kalau kita pindah rumah, bapak atau ibu kos akan mengembalikan uang ini, kadang-kadang disertai bunga. Biasanya uang ini seharga 1 hingga 3 bulan harga sewa.
- Provision / Komisi
Kalau pakai makelar, buat mencari rumah (baik beli maupun sewa), kita harus membayar uang jasa atau komisi. Di Jerman, maksimum 2 bulan harga sewa ditambah pajak pertambahan nilai 19%. Di negara lain, mungkin tidak ada batas atas uang jasa.
Di Nürnberg, buat mencari rumah aku jadi membayar 3 + 2 x (1 + 19%) harga sewa (Kaution 3 bulan + Provision 2 bulan). Totalnya di awal menyewa rumah, aku kena 5,38 harga sewa selain membayar sewa bulanan. Sebetulnya kalau aku menghitung biaya transportasi bolak-balik lihat rumah serta bikin janji sama makelar dan pemilik rumah, biayanya bisa nambah.
Untuk rumah aku alokasikan untuk selalu di bawah 700 euro per bulan ketika aku jadi pekerja. Sewaktu jadi student di Bremen, aku alokasikan untuk berada di sekitar 200 - 280 euro. Kalau aku jadi student di Bayern, aku rela bayar sewa sampai batas 350 euro per bulan. Aku tak sanggup secara mental untuk tinggal di kamar murahan 70 euro. - Biaya Kesehatan
Biaya kesehatan itu biasanya biaya tak terduga. Kita tidak tahu kapan kita sakit. Oleh karena itu, ada asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan biasanya dibayar tiap bulan.
- asuransi kesehatan milik negara (gesetztliche Krankenversicherung)
asuransi ini di Indonesia adalah Askes. Di Jerman adalah AOK, TK, DAK, dll. Untuk mahasiswa di Jerman, askes ini berbiaya sekitar 70 euro per bulan untuk mahasiswa muda dan 140 euro per bulan untuk mahasiswa tua. Tua muda di sini tergantung tanggal lahir.
- asuransi kesehatan swasta (private Krankenversicherung)
asuransi ini bisa lebih murah atau lebih mahal tergantung permintaan kita ingin mengcover apa saja. Aku pernah bayar 37 euro dan 66 euro untuk asuransi ini di Jerman. - Pendidikan
Kalau masih kuliah/sekolah, biaya pendidikan itu uang kuliah, pendaftaran, buku kuliah, dll. Kalau kuliah di Jerman, kadang ada semesterticket yang mencakup biaya transportasi semester.
- Uang kuliah Jerman
Biasanya uang kuliah di perguruan tinggi negeri di Jerman tidak lebih dari 500 euro per semester. Kalau diaproksimasi, per bulan habis 85 euro untuk ini.
- Semesterticket di Jerman
Biasanya uang transportasi untuk mahasiswa sekitar 200-240 euro per semester. Kalau diaproksimasi, per bulan habis 40 euro untuk ini.
- kalau hidup di Indonesia
Kalau hidup di Indonesia dan punya anak yang musti masuk sekolah atau kuliah. Biayanya mantap. Alokasikan 3 juta per bulan untuk sekolah bagus. - Kebersihan / Higien
Kebersihan itu mencakup kebersihan tubuh, pakaian, rumah, halaman dan pasangan hidup. Biasanya biaya ini bersifat bulanan.
- kebersihan tubuh
Manusia gosok gigi, mandi, keramas, cebok, dandan, dll untuk kebersihan dan keindahan. Ini penting dalam menjaga relasi sosial dengan manusia lainnya.
Biaya pasta gigi, sabun, shampoo, conditioner, kertas toilet, deodoran, parfum, pelembab (tubuh, muka, bibir), gel rambut, silet buat cukur jenggot (buat cowok), silet buat cukur bulu kaki dan ketiak (biasanya buat cewek), dll perlu masuk biaya bulanan.
Walaupun beberapa bahan habis pakai di atas dibeli 3 bulan sekali, kita bisa menghitung biaya bulanan dengan membagi tiga. Aku alokasikan 10 euro per bulan untuk ini.
Kalau kita harus bayar air, listrik, dan gas buat mandi, biaya ini juga harus dimasukkan per bulan.
- kebersihan pakaian
Baju dan celana serta tekstil yang kita pakai perlu dicuci. Ini demi kebersihan dan keindahan. Hormatilah manusia lain dengan baju bersih dan aroma yang ramah.
Biaya sabun cuci pakaian (deterjen), air, dan mesin cuci perlu diperhitungkan.
Aku membeli deterjen 10 euro yang nampaknya bertahan 6 bulan. Jadi tiap bulan tidak lebih dari 2 euro.
Aku tidak punya mesin cuci, jadinya harus pergi ke washing center. Sekali cuci bayar 3,5 euro. Kalau pakai pengering, aku bakal nambah 2 euro. Aku mencuci 2 atau 3 kali sebulan. Sebulan bakal habis 17 euro.
Kalau mencuci sendiri di rumah pakai ember, mungkin hanya perlu biaya deterjen.
Kalau beli mesin cuci untuk dipakai di rumah, biayanya antara 300 hingga 2000 euro. Kaga cocok untuk orang yang sering pindah rumah sepertiku. Mesin cuci di rumah juga butuh air, jadi selain biaya investasi, kita harus menghitung biaya variabel air dan listrik juga.
- kebersihan alat makan dan masak
Alat makan (piring, sendok, gelas, mangkok, sendok, garpu, dll) harus dicuci. Begitu juga alat masak (panci, pan, wajan, sudu, penyaring, dll). Kalau tidak dicuci, bisa berkerak dan berjamur.
Aku membeli sabun cuci piring 6 euro yang kuperkirakan bakal tahan setahun. Jadinya sebulan habis 50 sen untuk biaya cuci piring.
- kebersihan rumah dan kamar mandi
Rumah beserta perabotannya biasanya disapu, disedot debunya, dipel, diberi wewangian, dll. Kamar mandi juga dipel, toilet digosok, bath-tub dilap, dll. Biasanya alat dan cairan buat mengepel, mengelap, kantong sedot debu, kantong sampah, dll dibeli tiap 2 tau 3 bulan.
Aku mengalokasikan biaya bersih-bersih kamar 10 euro per bulan. - Biaya telpon dan internet
Biasanya orang jaman sekarang punya telpon. Kalau tidak punya telpon rumah, biasanya punya telpon genggam. Jaman sekarang, telpon genggam dipakai juga mengakses internet. Kabel juga selain dipakai telpon juga dipakai internet.
Aku membayar telpon dan internet dengan kabel secara flat rate 40 euro per bulan sekarang di Nürnberg.
Di Bremen dulu, aku bayar 5 euro untuk sharing internet dengan WLAN per bulan.
Untuk biaya telpon genggam, aku tidak pakai flat rate. Aku bayar sesuai berapa menit aku nelpon dan berapa kali aku mengirim text SMS. Biasanya di bawah 10 euro per bulan dalam kondisi normal. Dalam kondisi terlibat panitia acara tertentu, aku membayar 20 euro dalam satu bulan. - Biaya asuransi lainnya
Di Jerman, aku harus bayar asuransi tertentu kalau punya rumah, mobil, dll. Aku harus punya asuransi kerusakan yang bernama Haftpflichtversicherung untuk dapat rumah di Nürnberg ini. Aku bayar 72 euro per tahun sekarang. - Biaya investasi
Aku juga menyisihkan sebagian gajiku tiap bulan ke investasi yang bernama asuransi hari tua (Altervorsorge) dan juga tabungan berjangka. Sebenarnya sih boleh saja, ini tidak dianggap biaya karena ini namanya menabung. Sesuai ajaran guru ekonomi kelas satu SMA, tabungan itu adalah gaji yang disisakan bukan tersisakan. - Biaya rekreasi
Biaya rekreasi itu biaya jalan-jalan, nonton, museum, kebun binatang, teater dan biaya party alias dugem. Aku sudah, memasukkan biaya kafe dan makan-makan keluar di biaya makan di atas.
- jalan-jalan
Kalau kuliah di Jerman, pasti pernah merasakan yang namanya jalan-jalan. Biasanya setahun habis minimal 100 euro untuk ini. Diaproksimasi, jadi 10 euro per bulan.
Kalau mau liburan enak seminggu di Eropa, biasanya paling murah 250 euro.
Kalau aku pergi liburan ke Indonesia, nampaknya bakal habis untuk pesawat 700 euro dan di Indonesia sekitar 500 euro sebulan buat makan-makan dan beli oleh-oleh.
Tahun ini, aku ingin ke Indonesia dan tiket pesawat termurah 1100 euro pada jadwal yang kuinginkan.
Sewaktu masih di Indonesia dulu, jalan-jalan ke Lembang atau Ciwideuy rasanya mudah dan asyik bareng kawan-kawan. Banyak event seperti retreat, latihan kepemimpinan, penyambutan mahasiswa baru, dll yang mendorongku untuk ikut acara beginian.
- museum
Dalam setahun, mungkin sekali aku pergi ke museum. Biayanya kira-kira habis 10 euro. Harga naik dan turun tergantung event. Kadang ada hari gratis.
- nonton film di bioskop
Di Bandung, Indonesia, seminggu atau dua minggu sekali, aku pergi ke bioskop. Di Semarang, hobi ini kukurangi karena masalah gaji. Di Jerman apalagi.
Namun kini aku sudah bekerja di Jerman, nampaknya aku harus menggairahkan hobi ini lagi. BTW, biaya bioskop itu sekitar 5 hingga 10 euro di Jerman tergantung hari, posisi kursi, lama film, 3D atau normal, dan student atau bukan.
- kebun binatang
Baru sekali aku pergi ke kebun binatang di Jerman, yaitu di Bremerhaven. Waktu itu, tiket masuk 7 euro kayanya.
- biaya party atau dugem
Berhubung acara jalan-jalan ke gunung dan berkumpul di api unggun jarang kulakukan di Jerman, aku "terpaksa" ikut acara dugem dan party.
Tiket masuk club buat party alias dugem biasanya 5 sampai 10 euro. OK, klub elit dengan undangan masuk berbeda harganya (sama seperti di Indonesia). Acara party untuk student di kampus juga biasanya berbayar 7 euro.
Lalu beli bir dalam klub biasanya habis 2 atau 3 euro per botol.
Dalam setahun, aku ikut 3 hingga 6 party berbayar. Kalau diaproksimasi, sebulan habis 6 atau 7 euro buat party.
Mending cari private party gratisan, kita cukup membawa keripik 2 euro dan bir six pack 6 euro atau wine 3 euro atau jus buah tak beralkohol seharga 60 sen buat host party. Biasanya private party itu berhubungan dengan acara ulang tahun, rumah baru, dll. - Biaya tak terduga
Seperti yang sudah disebut, semua biaya di atas diaproksimasikan per satu bulan. Lalu semua dijumlahkan. Jumlah tersebut ditambah 10 atau 30 % ketidakpastian. Siapa tahu aku kelupaan dengan biaya lain yang tak kutulis.
Semua biaya di atas, mengasumsikan gaya hidup sebagai single di Jerman. Kalau biaya buat mereka yang berkeluarga bisa berbeda. Cara mengaproksimasinya adalah dengan koefisien sebagai berikut.
- punya pasangan hidup (suami/istri/kawan kumpul kebo/apapun namanya): kalikan 1,7.
Misalnya pengeluaran kita 500 euro per bulan kalau single. Kalau punya pasangan jadi 850 euro per bulan. - punya pasangan hidup dan 1 anak: kalikan 2,2.
Kalau pengeluaranku 500 euro per bulan sebagai single, maka sebagai seorang kepala keluarga, total pengeluaran menjadi 1100 euro per bulan. - punya pasangan hidup dan 2 anak: kalikan 2,6.
- punya pasangan hidup dan 3 anak: kalikan 3
- punya pasangan hidup dan 4 anak: kalikan 3,4
- seterusnya tinggal tambahkan 0,4 untuk koefisien di atas kalau jumlah anak (maupun pasangan hidup) bertambah.
Silahkan lihat contoh biaya hidupku dulu di Bremen di sini. Biaya hidupku di Nürnberg masih kuaproksimasi. Jadi belum selesai kuhitung.
Nürnberg, 11 Maret 2012
Menipu diri sendiri: tambahkan beberapa menit
Sebagai orang Indonesia, aku termasuk orang yang masih sering menipu diri sendiri. Satu contohnya, aku masih suka memajukan jam lima atau sepuluh menit. Teman-temanku dari Indonesia juga suka melakukan ini. Kalau mereka ditanya kenapa, jawabnya supaya tidak telat, supaya bisa bangun lebih awal, dll. Kalau ditanya lebih kritis lagi, apalagi oleh orang Eropa, teman-temanku bisa gelagapan menjawab.
Aku sempat mengobrol dengan kawan-kawan Eropaku tentang kebiasaan memajukan jam yang dimiliki oleh banyak orang Indonesia. Bagi mereka, kebiasaan ini "does not make sense" (English-speaking) atau "Das ist Unsinn!" (Deutsch/ German-speaking). Kawan-kawan Eropaku berpikir kalau kita sudah tahu jam tangan bergeser sepuluh menit, tentu kita tahu jam berapa sekarang sesungguhnya. Masalah telat maupun tidak telat bukan terletak pada apakah jam di tangan kita digeser beberapa menit melainkan pada niat kita untuk datang tepat waktu atau tidak. Begitulah cara berpikir kawan-kawan Eropaku.
Aku punya kawan Indonesia yang sempat marah karena ada orang Jerman berkata bahwa kebiasaan memajukan beberapa menit adalah hal yang "nonsense". Kawan Indonesiaku ini bilang orang Jerman ini aneh. Aku hanya tersenyum. Orang Jerman biasa berbeda pendapat dan bisa mengemukakan pendapatnya blak-blakan. Teman Indonesiaku ini marah karena kebiasaan memajukan jam 10 menit adalah bagian dari identitasnya. Siapa yang tidak marah kalau tradisi alias kebiasaan diremehkan serta identitas diinjak-injak. Buatku sih, temanku ini sedang tidak siap menerima kenyataan.
Aku berpikir kalau aku tahu jamku maju sepuluh menit, tentu aku sadar jam berapa sekarang. Kalau bangun pagi dan lihat jam tersebut dengan pengetahuan bahwa jam kumajukan sepuluh menit, aku tetap tahu jam berapa sesungguhnya sekarang. Jadinya memang betul, memajukan 30 menit pun tidak akan mengobati masalah ketidaktepatan waktu.
Masalah lain adalah kalau ada orang Eropa bertanya jam berapa sekarang, kita harus menghitung dulu jam berapa sesungguhnya sekarang. Suruh siapa, ya, memajukan beberapa menit. Menghitung ini butuh waktu. Berapa lama menghitungnya tergantung kondisi mental kita. Hal inilah yang memancing orang Eropa bertanya kenapa kita memajukan jam beberapa menit. Pada kondisi mental yang tak siap, kita bisa marah-marah kalau mendapat pertanyaan kritis.
Nah, walaupun aku tahu bahwa memajukan jam beberapa menit itu "nonsense" atau "Unsinn", aku tetap memajukan jamku sepuluh menit. Kenapa? Karena sepuluh menit adalah prediksi waktu tempuh dari pintu rumahku ke halte kereta bawah tanah terdekat kalau aku jalan santai. Jadinya kalau aku lihat jam ketika aku usai mengunci pintu rumah/apartemen, aku tahu kira-kira jam berapa aku sampai halte/stasiun kereta.
Ke depannya, aku butuh mobile apps yang cocok buatku yang senang menipu diri sendiri ini. Mobile apps ini harus bisa menunjukkan beberapa mode waktu pada layar telpon genggam: waktu sesungguhnya, waktu dimajukan (mode menipu diri sendiri), waktu di kota lain, dll. Kalau apps ini belum ada, berarti aku harus belajar membuat apps sendiri.
Nürnberg, 11 Maret 2011
Sabtu, 18 Februari 2012
Indonesia Pusaka, Saykoji
Sabtu, 28 Januari 2012
warkop dki vs Eskimo Limon
Pada tahun 1987, ada film dari Warkop DKI yang berjudul "Makin Lama Makin Asyik" (wiki). Dono, Kasino, dan Indro berperan sebagai tiga anak kos. Ibu kosnya adalah Tante Sarah, diperankan oleh Susy Bolle. Lalu datang keponakan ibu kos bernama Erna, diperankan oleh Meriam Bellina. Di sini Timbul berperan sebagai pacar ibu kos.
Tante Sarah tidak suka tiga anak kosnya bergaul dengan keponakannya, walaupun Dono, Kasino, dan Indro berusaha menarik hati Erna. Waktu Erna mengajak ke klab malam, ketiga Warkop DKI harus menyamar sebagai wanita. Ini adegannya.
Nah, sebelum film video Warkop DKI ini dibuat, ada film Israel bernama Eskimo Limon (imdb, wiki), dalam Bahasa Ibrani אסקימו_לימון. Dalam Bahasa Inggris, film ini disebut Lemon Popsicle (wiki) dan dalam bahasa Jerman disebut Eis am Stiel (wiki1, wiki2). Di film ini, ada tiga tokoh Bentzi/Benny, Yuda'Leh/Johnny/Hughie, and Momo/Bobby. Total ada 8 film Eskimo Limon, dimulai dari yang pertama tahun 1978 hingga terakhir tahun 1988. Film Israel ini diedarkan lebih dahulu di Jerman sebelum di Hollywood, Amerika Serikat.
Pada tahun 1982, ada film Eskimo Limon 4: Roman Za'ir, dalam bahasa Ibrani ספיחס. Dalam bahasa Jerman, Eis am Stiel 4: Hasenjagd. Dalam bahasa Inggris, Lemon Popsicle 4: Baby Love. Benny, Johnny, dan Bobby ikut wajib militer. Benny mengejar cinta Rina di kamp militer. Ada komandan pria dan wanita yang menjaga kamp. Ketika ketiga kawan tersebut ingin menyelinap ke kamp militer perempuan, mereka salah masuk ke tempat hiburan karena kabur takut ketahuan komandan. Di sana mereka harus menyamar jadi wanita karena ternyata komandan pria dan wanita lagi kencan di sana.
Ini adegannya dalam dubbing Jerman, tetapi dengan gambar yang bagus.
Lagu yang dipakai adalah Mama Yo Queiro (I want my Mama) dari Carmen Miranda. Dalam bahasa Portugis, Mama Eu Quero.
Satu adegan film Warkop DKI "Makin Lama Makin Asyik" meniru adegan Eskimo Limon 4. Dono, Kasino, dan Indro membuat plesetan adegan film Israel. Irama lagunya sama, koreografi dan kostum mirip, sedangkan lirik di-Indonesia-kan.
Benny diganti Kasino.
Johnny diganti Dono.
Bobby diganti Indro.
Komandan pria diganti Timbul.
Komandan wanita diganti Tante Sarah (Susy Bolle).
Bangsa Indonesia adalah bangsa pinggiran. Indonesia bukan pusat peradaban dunia. Kreativitas bangsa Indonesia lahir dari meniru atau mengadaptasi budaya dari pusat peradaban. Kitab Arjuna Wiwaha yang asli Jawa menambah isi Mahabharata yang asalnya dari India. Jimat Kalimasada mengadaptasi Mahabharata dari India, dan sufisme Islam dari Arabia dan Levant. Dono, Kasino, Indro membuat plesetan film asing dengan meniru kemudian menambah cita rasa Indonesia ke dalam film-filmnya. Mungkin hanya La Galigo yang asli dari Indonesia tanpa adaptasi budaya luar.
Untuk memajukan Indonesia, kita harus menyadari siapa kita dan dari mana kita mulai. Sebagai bangsa pinggiran, kita harus memulai dengan mencomot budaya asing dari sana-sini lalu meraciknya dengan nuansa lokal sehingga tercipta hal baru yang kreatif seperti nenek moyang kita. Seperti ilmu kungfu Tarian Harimau dan Bangau, adalah gabungan Sodokan Bangau dan Cakar Harimau.
Mari lihat adegan film Eskimo Limon asli dalam bahasa Israel. Walau videonya jelek, tapi bahasanya asli kaga didubbing.
Indonesia Pusaka
Aku suka video klip ini. Jaya Suprana bisa menyatukan politisi paska Soeharto dalam satu video musik, dengan segenap kelebihan dan kekurangannya (dalam bermusik). Walaupun berbeda kepentingan politik namun bisa bersatu dalam satu lagu.
Pengen juga bikin beginian dengan tokoh-tokoh mahasiswa dan ilmuwan Indonesia yang merantau di luar negeri.
Nürnberg, 28 Januari 2012
Minggu, 01 Januari 2012
Selamat Tinggal 2011
Di penghujung tahun 2011 ini, aku hanya ingin mengucap syukur.
Januari 2011, aku bersyukur bisa dapat pekerjaan buruh produksi di suatu perusahaan madu di Bremen. Aku berterimakasih kepada Ilham, Lia, dkk yang memperkenalkan aku dengan kerjaan ini. Di pabrik ini, aku bisa bertemu dengan rekan kerja yang asyik. Aku belajar banyak bahwa di tempat kerja, kita bukan hanya sekedar mesin produksi, melainkan sebagai manusia biasa, yang bisa tertawa dan menangis. Terima kasih atas segenap tawa yang diberikan oleh Danilo, Zxenia, dkk. Terima kasih atas curhat yang diberikan oleh Sonja.
Aku juga berterima kasih kepada Felix Oey yang memotretku buat CV di bulan Januari. Tidak lupa pasangan Abriansyah dan Enggar yang jadi make-up artist buat foto ini.
Februari 2011, aku bersyukur atas semua lamaran kerjaanku yang ditolak. Aku berterimakasih karena Mas Nganu (maksudnya Andi) yang datang jauh-jauh dari Spanyol untuk berkunjung ke Bremen. Juga kawan-kawan yang mengajakku makan bareng merayakan tahun baru Cina. Aku bersyukur karena mendapatkan visa mencari kerja hingga Oktober.
Maret 2011, aku bersyukur atas kawan-kawan yang baru datang di Bremen. Sebetulnya aku lupa apa yang terjadi bulan ini. Oh, ya, terima kasih atas segenap pengalaman mencari kerja di CeBit di Hannover. Tanpanya, aku tak tahu menghadapi tantangan mencari kerja bagi seorang Ausländer di Jerman. Terima kasih kepada Mas Yadi dan Mba Mia yang meminjamkan aku charger Nokia beserta telpon genggamnya supaya aku bisa menghadapi wawancara telpon.
April 2011, aku bersyukur atas kawan-kawan Indonesia yang membuatku mencuci piring tengah malam pada acara Indonesian Culture Night di ESG Bremen. Kalian tinggalkan aku seorang diri, hehehe. Aku juga bersyukur atas segenap ajakan grillen kawan-kawan, terutama Jambrong. Aku berterimakasih atas pengalaman ikut demo melawan pawai NeoNazi di Bremen. Terima kasih atas pengalaman berlari-lari dikejar polisi anti huru-hara. Tiada kesan, demo tanpa Sebastian, Meity, Rio, Rafi, Laura, dll.
Mei 2011, aku bersyukur atas semua ajakan makar (makan-makan dan bakar-bakar). Terima kasih kepada Mba Dian yang datang berkunjung ke Bremen. Terima kasih atas lamaran doktoral yang ditolak.
Juni 2011, aku bersyukur karena tidak terkena wabah mencret berdarah akibat EHEC. Aku bersyukur karena tak bisa melihat bulan merah jambu, Blood Moon, karena tertutup awan. Di bulan ini, aku bersyukur karena bisa menandatangani kontrak kerja sehingga aku bisa mendapat penghasilan seperti hari ini.
Juli 2011, aku bersyukur atas musim panas yang indah dan ajakan grillen. Terima kasih atas acar syukuran dari Perki Bremen karena aku telah mendapatkan pekerjaan. Terima kasih karena aku tahu di mana aku ditempatkan untuk bekerja. Aku memohon maaf kepada Aldine, sepupuku, karena tak bisa datang di acara pernikahannya walaupun aku sudah berjanji.
Agustus 2011, aku bersyukur karena bisa memulai pekerjaan baru. Terima kasih karena aku dapat tempat tinggal sementara dekat kandang sapi, hehehe. Terima kasih atas visa yang bisa kuperpanjang. Terima kasih karena di tempat kerja, aku belajar bahasa bernama Python dan software baru: dSPACE AutomationDesk, INCA, dll.Terima kasih atas rekan kerja baru.
September 2011, aku bersyukur karena aku bisa tersambung ke internet kembali. Terima kasih atas semua usaha mencari rumah yang ditolak. Terima kasih kepada Hengky Leo, yang merelakan kamarnya jadi tempat penitipan barang-barangku. Terima kasih kepada Tasha atas bantuan spesial. Terima kasih Kamerad Rodin atas kardus pindahan.
Oktober 2011, aku bersyukur karena bisa tanda tangan kontrak apartemen. Terima kasih kepada Tasha dan Kamerad Romi atas bantuan spesial. Terima kasih atas kawan-kawan baru yang kukenal di Herzogenaurach, Erlangen, dan Nürnberg.
November 2011, aku bersyukur karena bisa pindah ke apartemen baru. Terima kasih kepada Hengky Leo yang membantuku pindahan. Terima kasih pula atas rusaknya laptopku sehingga aku bisa membeli yang baru. Tanpanya aku takkan belajar bersabar menghadapi limit atas kartu kredit dan limit bawah tabungan harian. Terima kasih atas kawan-kawan baru di Nürnberg yang membuatku merasakan nikmat mulut dan siksa dubur.
Desember 2011, aku bersyukur atas akhir tahun ini. Terima kasih atas kawan-kawan baru di Erlangen. Terima kasih atas persekutuan di Nürnberg yang membuat Natalku tak sepi. Terima kasih atas ajakan hari ini, menutup tahun 2011 bersama.
Aku mohon maaf kepada seluruh keluarga besar di Bandung, Jakarta, dan Semarang karena hanya bisa menitip doa ketika Eyang Putri berpulang tanggal 29 ini. Sekarang aku tahu arti pandangan mata dan nada suara Eyang Kakung dan Eyang Putri ketika aku berpisah dengan mereka untuk pergi ke Jerman meraih cita-citaku. Sekarang aku mengerti mengapa Eyang Putri bersusah-payah walau sakit untuk memberi salam perpisahan 6 tahun lalu. Hari itu adalah perpisahanku yang terakhir dengan mereka. Tahun depan, rumah di Semarang akan berbeda buatku. Aku akan mengunjungi rumah mereka tetapi tanpa mereka berdua.
Selamat tinggal 2011!