A Friend for a Click or a Click for a Friend?
Bagaimana cara orang berteman di jaman web 2.0 ini? Hanya bermodal klak-klik kamu bisa jadi teman. Lalu dengan klak-klik juga kamu kehilangan teman.
Pengalaman dengan social networking website dimulai dari Friendster. Aku diajak Arief Samuel Gunawan (Aip), kawan baikku sejak TK hingga kini. Lalu seorang kawan seperjuangan di kelompok muda-muda Katolik di paroki Santo Martinus, Bandung bernama Sandi Kusnadi mengajakku ikut Multiply.
Suatu hari, aku pergi merantau ke negeri seberang. Sesampainya di Jerman, negeri itu, aku diajak gabung StudiVZ oleh mantan teman kosku, Christiana Schuhen. StudiVZ cocok buat student di Jerman. Lalu aku mulai mengenal Facebook setelah diajak Muhammad Rully dan Marta Slawkoska. Sebetulnya aku tidak terlalu tertarik dengan Facebook sewaktu diajak gabung oleh Rully. Aku baru tertarik setelah diajak Marta, cewe Polandia yang cantik ini.
Setelah aku bergaul dengan beberapa orang Jerman, aku diajak Regine Wolter untuk ikut KT Community. Komunitas Katolik di dalam jaringan sosial maya.
Sekarang aku punya dua akun Friendster, satu untuk kawan yang kukenal dan satu lagi untuk "random adding". Sebetulnya tidak random banget, aku melihat profil cewe yang kelihatan cantik lalu aku add atau temannya cewe yang terlihat cantik lalu aku add. Jadi tidak acak, ada tujuannya.
Di StudiVZ, Facebook, Multiply, dan KT Community aku hanya punya satu akun masing-masing. Aku belum melihat gunanya memiliki dua akun. Dulu Friendster membatasi jumlah teman hanya 500, jadinya aku punya dua akun.
Aku hanya beraktivitas di taman maya Friendster dan Facebook. Di taman lain agak jarang. Sekarang aku berusaha menyamakan teman di Friendster dan Facebook. Maksudnya, aku sedang mengajak kawan-kawan di Friendster untuk punya akun di Facebook. Kenapa? KArena aku merasa Facebook lebih asyik buatku.
Di dunia web 2.0 ini, aku merasa ada hal yang sedikit mengganggu pikiranku. Walau tak kenal, kita bisa cukup klik Add Friend, lalu klik perintah berikutnya. Lalu kalau ingin kenal, kita cukup klik Approve atau Confirm. Kita berteman tanpa perlu jabat tangan hangat, tatapan mata ramah, suara manusia. Kita hanya berkenalan dengan kata-kata di website berisi profil yang tampak, kadang-kadang profilnya disembunyikan (hidden profile/ nicht sichtbar) dan kadang-kadang tidak ada foto. Kalau ada foto, ukuran wajahnya kecil sampai tak tahu muka orangnya, atau foto ramai-ramai sehingga tak tahu yang mana orangnya, atau foto yang bukan tampangnya, misalnya foto anjingnya, kucingnya, atau bintang film favoritnya, atau yang lain. Aku kadang-kadang merasa temanku ini hanyalah sebuah halaman depan layar monitor bukan manusia. Namun secara virtual, dia adalah manusia di balik layar itu.
Nah, baru-baru ini, aku mengecek Friendster dan facebook. Aku kecewa karena ada fungsi menekan tombol "X" untuk memutus hubungan pertemanan. Aku tidak dianggap teman lagi oleh beberapa orang, baik di Facebook maupun Friendster. Ternyata hanya bermodal "click", dan "you are no longer a friend of mine".
Di dunia nyata juga ada kejadian seperti itu. Kita berteman. Lalu entah karena lupa atau karena tiba-tiba ada konflik, hubungan pertemanan putus. Yah, namanya juga teman. Friends come and go.
Kadang-kadang pedih ditinggal teman. Lebih-lebih kita memiliki memori yang tak mudah dihapus seputar pertemanan itu. Manusia memiliki daya ingat berdasarkan hal-hal yang penting atau tidak penting. Semakin penting suatu hal, maka semakin berada di urutan atas yang dia ingat. Search engine di kepalanya akan selalu menaruh ingatan tersebut di urutan teratas. Semakin tidak penting suatu hal, maka semakin mudah dilupakan. Algoritmanya mirip sekilas dengan algoritma Google dalam mencari suatu hal.
Nah, aku merasa pedih ketika aku mengingat seorang kawan (apalagi kalau cantik) yang melupakanku. Akunya ingat, dianya lupa. Seperti bertepuk sebelah tangan. Well, aku juga pernah melupakan kawan. Tapi karena ingatanku bersifat fotografik dan audio, maka aku sulit melupakan wajah dan suara, namun mudah melupakan nama. Kecuali wajah satu orang yang berusaha kuingat. Andai wajahnya bisa kuingat, pasti langit akan terbuka, dunia akan berbeda, dan aku memperoleh pencerahan sejati.
Realitas manusia adalah pada bahasa. Yang sama dari dunia nyata dan jagad maya adalah cara berkenalan yang sopan harus menggunakan kata-kata. Kirim pesan "saya Condro, dulu kita kenal di...". Atau kalau berkenalan random, bisa kirim pesan "Kamu suka baca ..." sebelum kenalan dan ngajak berteman (maksudnya Add Friend). Ada cara berkenalan garing dan sok akrab, "you''re cute. kenalan dong". Lalu ada cara berkenalan tak sopan, yaitu Add friend doang, tanpa kata-kata. Beberapa orang yang kecanduan Friendster atau social networking website lainnya dan senang punya "teman" sebanyak-banyaknya walau tak kenal, memang kaga apa-apa kalau kita langsung tak sopan "Add Friend". Akan tetapi beberapa orang menggunakan akun Friendster, Facebook, dll untuk orang yang dia kenal saja. Orang seperti ini harus dihargai dan kirimlah pesan kepadanya dulu. Akan tetapi Friendster punya fasilitas "Messaging off" yang bikin tidak bisa kirim pesan, gimana dong? Yah, hargailah privasi orang. Mungkin dia tidak suka spam dan tidak suka orang sok akrab.
Aku senang dengan Facebook karena bisa Add Friend sekaligus kirim pesan. Jadi kita bisa tahu siapa dia ketika berkenalan. Berbeda dengan Friendster, pesan terpisah dengan add friend. Jadinya orang kaga menyambungkan antara pesan "saya Condro, kita kenal di..." dengan New Friend Request. Kalau masih kaga ingat, dalam hati aku berkata "Dasar brengsek". Aku paling benci dilupakan. Apalagi kalau yang melupakan itu cantik.
Kembali ke judul di atas, karena semakin lama aku menulis makin kaga nyambung, kamu bisa mengklik untuk dapat teman bahkan bisa jadi teman hidup seperti pengalaman beberapa teman. Syaratnya sih harus kopi darat dulu. Jadi teman dari dunia maya dibawa ke dunia nyata. Kamu bisa juga punya teman (di dunia nyata), buat diajak gabung di social networking website, cukup ketik emailnya lalu klik "invite" atau tombol lainnya yang mirip. What a funny world! Nampaknya berteman di dunia nyata saja tak cukup, sehingga harus dibawa juga ke dunia maya.
Aku sekarang berdoa supaya aku tak dilupakan kawan sebagaimana aku tak melupakan kawan.
Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni sesama kami.
2 komentar:
Ui con, lo berbakat jg yah jadi penulis.... g harus berguru nih sama yang master :)
-moel- My Blog
Makasih, Mul.
Aku masih belajar menulis.
Posting Komentar