Minggu, 28 Desember 2008

Film Romantis

Film Romantis


Aku selalu suka film romantis, terutama yang happy ending. Baik film Hollywood, Bollywood, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Korea, oh ya, termasuk Indonesia, mir ist Wurst (semuanya sama aja).

Film romantis membuatku membangun kota utopia dalam diriku, yang penuh taman bunga indah yang berisi jiwa sang pencinta. Film romantis dari Hollywood yang kebanyakan happy ending, bagai candu bagiku yang menjauhkanku dari kenyataan bahwa cintaku itu tidak seindah film.

Aku suka sebuah film Italia, Cinema Paradiso, yang menggambarkan cinta seorang laki-laki akan bioskop tua dan wanita. Alfredo, si penjaga bioskop dengan diam, membuat si pencinta meninggalkan bioskop tua dan wanita yang dicintainya, supaya mengejar cita-cita yang lebih besar. Ketika si pencinta kembali, bioskop tersebut akan dijadikan tempat parkir dan dia menemukan wanita yang mirip dengan wanita yang dicintainya. Ternyata dia anak wanita yang dicintainya, yang telah menikah dengan sahabatnya.

Aku lalu melihat diriku yang meninggalkan seorang wanita yang kucintai demi cita-cita lebih besar. Entah apa yang terjadi dengan kita berdua nanti. Film Cinema Paradiso bisa menceritakan perjalanan 40 tahun kehidupan hanya dalam waktu tak lebih dari 3 jam, sudah membuatku penuh air mata haru. Kehidupanku yang kujalani bukanlah kehidupan virtual 40 tahun dikompresi jadi 3 jam, tapi kehidupan nyata. Hari demi hari harus kulalui dalam kekosongan sebagian jiwa ketika harus melepaskan seorang kekasih.

Film Korea-Jepang, bernama Friends, yang ada Kyoko Fukada juga asyik. Ceritanya juga seputar penantian. Ada hubungan menarik antara pria Korea penggemar film dan wanita Jepang. Wanita Jepangnya sampai bela-belain belajar bahasa Korea. Film cinta tanpa adegan ciuman, hanya mengandalkan sorotan mata penuh kasih. Mereka terpisah, lalu bertemu lagi ketika si pria memenangkan penghargaan film.

Film romantis yang dibintangi Adam Sandler, Meg Ryan, Tom Hanks, Sandra Bullock, Drew Barrymore, Hugh Grant, Renee Zelweger, dll juga favoritku. Happy Ending adalah kecenderungan film Hollywood. Cocok ditonton kalau lagi masa-masa ujian. Membangun optimisme.

Film yang kaga happy ending, membuatku takut. Karena terlalu mirip dengan kehidupan cintaku. Aku selalu takut menghadapi diriku sendiri. Film cinta kaga happy ending bagai cermin yang menggambarkan wajahku, Sang Pencinta Gagal. Film happy ending bagai lukisan Basuki Abdulah yang katanya bisa membuat lukisan yang lebih cantik daripada aslinya. Jaman sekarang Adobe Photoshop bisa membuat wajah orang lebih cantik daripada aslinya. Seperti itulah film romantis happy ending, dunia serasa lebih indah. Lalu aku pun menjadi Sang Pemimpi.

Tidak ada komentar: