NOKIA 5110
Ponsel ini adalah HP Sejuta Umat pada tahun 2000.
Aku beli NOKIA 5110, setelah menjual BMW C700 (Motor Bebek Merah Warnanya C700) dengan harga yang tak jauh berbeda, yang gua sayang kaya adik gua sendiri, tapi jarang gua mandiin. Motor gua yang ini umurnya memang kaga jauh beda dengan gua. Motor ditukar HP.
Sejak saat itulah, aku bercinta dengan HP ini. Aku betul-betul sayang HP ini. Jari-jemariku selalu ingin menggerayangi HP ini. Tombol-tombolnya senang kutekan-tekan untuk berSMS atau sekadar main ular (Snake). Kayanya kalau kaga gua pakai SMS, gua geregetan. NOKIA memang HP yang tepat untuk penggemar SMS, beda dengan SIEMENS atau MOTOROLA.
HP ini tahan banting dan setia. Dia tidak meninggalkanku ketika gua butuh dia. Beda, ya, dengan cewe-cewe yang telah kuberikan hatiku. Dia betul-betul tahan banting, dengan artian, ketika dia jatuh, dia hanya copot baterenya, lalu ketika dipasang baterenya, dia masih berfungsi dengan baik.
HP ini juga hemat batere. Kaga boros. Cewe-cewe yang telah menggenggam hatiku, sangat memboroskan pikiran dan perasaanku. Beberapa cewe sih, juga memboroskan kantongku. Untung saja Tuhan masih menganugerahiku kecerdasan finansial, sehingga aku tak pernah kekurangan duit parah. Puji dan Syukur untuk Tuhan, deh.
Kesetiaan HP milikku ini teruji, ketika dia menemaniku dari Bandung, Semarang, Jakarta, Wonosobo, Dieng, hingga Bremen Jerman. Sayang sekali, aku sempat selingkuh dengan NOKIA yang lain, ketika aku pergi ke Bali. Maafkan aku, ya, sayang!
Pulang dari DIENG, aku sempat panik, ketika sampai rumah HP ini hilang. Aku takut sekali kehilangan HP tercintaku. Ternyata HP ini, jatuh di mobil, bukan di DIENG. Untung saja, di mobil tersebut HP ini tidak digondol orang. Sejak saat itulah, aku bete dengan orang-orang yang mengajakku pergi ke Dieng.
HP NOKIA 5110 inilah yang membangunkan aku di pagi hari hingga kini di Bremen berangin ini. Tanpa dia, gua sulit bangun pagi. Dulu suara weker HP ini digabung suara cempreng nyokap, bagai suara paduan suara, membuatku bangun pagi di Bandung. Kini di Bremen, HP setiaku inilah, yang masih bisa nyanyi solo (bukan Bengawan Solo), menggoyangkan kesadaranku supaya bebas dari alam mimpi. Dering pagi hari selalu mengingatkanku agar bangun pagi, lekas sarapan, lalu Pesta Toilet, lalu berangkat kuliah tidak telat supaya cepat lulus dan bisa balik lagi ke Indonesia untuk mendengar suara cempreng ibuku. HP ini membuatku kangen dengan ibuku.
HP ini selalu kutaruh di samping tempat tidurku. Dia betul-betul dekat di kuping dan dekat di hati. Walau kusudah poligami dengan XDA NEO, aku tetap mencintai HP Nokia 5110 yang menjadi HP pertamaku. Poligami itu bukan masalah halal dan haram, tapi masalah enak dan ueennaaakkk....
HP ini juga yang menemaniku ketika aku melewati patah hati yang satu ke patah hati yang lain. HP ini selalu bisa kugenggam dan kupercaya, berbeda dengan wanita yang numpang lewat dalam relung hatiku. Walau HP ini sudah tidak cantik lagi, HP ini selalu bisa diandalkan.
Semua kawan memiliki umur, mungkin suatu hari HP milikku ini akan meninggalkanku. Kita harus rawat baik-baik semua hubungan kita dengan kawan-kawan kita. Aku harus jaga HP tercintaku ini hingga salah satu di antara kita mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar