Jumat, 26 Desember 2008

Yang Terlupakan

Yang Terlupakan...

(ditulis 26 Mei 2007)


Itu judul Blogs hari ini. Mengapa pilih judul ini?

Hal ini terjadi karena aku mencoba meng-add atau meng-invite seseorang, tapi kaga direspon, padahal dia pernah kenal aku. Ternyata aku dilupakan. Dan biasanya yang melupakanku adalah wanita-wanita yang memikat hatiku.

Menurut Ignas Kleden (atau Frans Magnis Suseno, ya?), seorang lupa, karena dia menganggap hal yang dilupakan sebagai suatu hal yang tidak penting. Seseorang tidak akan pernah melupakan hal yang penting. Supaya kamu tidak dilupakan seseorang, jadilah hal yang terpenting bagi hidup seseorang.

***

Berbahagialah wanita yang melupakanku, karena itu artinya kamu adalah wanita cantik dan berhasil mengambil sebagian hatiku.

***

Sebut saja namanya D. Aku kenal dia saat aku kelas 2 SMU dan dia 1 SMU (jamanku SMA namanya SMU). Aku kursus Bahasa Inggris bareng dia saat itu. Wajah cerianya, tawanya yang lepas, alis tebalnya, membuatku terpesona dan menyembuhkan hatiku yang hancur karena patah hati Gelombang Pertama (aku jelasin di Blogs lain tentang gelombang ini).

Saat aku 3 SMU, kami tidak bertemu lagi. Tapi saat aku kuliah semester kedua, kami bertemu lagi di suatu Bimbel. Aku menjadi pengawas Try Out, dan dia sedang berjuang untuk ujian UNPAR dan UMPTN. Hari itu nampaknya dia tidak lupa denganku. Si D ini juga mengenalkan aku dengan temannya yang sebut saja bernama X, yang 3 tahun kemudian menjadi penyiar radio Paramuda lalu juga melupakanku. Sekali lagi aku ternyata mudah dilupakan.

Si D sukses masuk ekonomi UNPAR. Lalu kami tak bertemu lagi. Suatu hari kulihat foto si D di rumah sahabat terbaikku, ternyata sobatku ini kenal si D. Lalu aku tanya-tanya tentang si D, sobatku juga bilang kaga kontak lagi dengan D. Aku ngobrol dengan sobatku kalau aku sempat punya niatan pedekate dengan si D. Sobatku bilang kan beda agama.

Suatu waktu di jalan Cihampelas, Bandung, di restoran yang kulupa namanya (Ternyata aku juga mudah melupakan, sehingga kayanya gara-gara karma, aku mudah terlupakan), aku bertemu si D. Si D bilang dia sudah kerja di Jakarta. Aku tanya-tanya HP dan dapat nomor IM3. Lumayan bisa kontak lagi. Hari itu dia tidak nampak lupa denganku.

Ketika aku pindah kerja ke Semarang, aku nonton Extravaganza. Di situ aku lihat ada penonton yang ketawa ngakak dengan mulut lebar. Kok gua ingat tawa itu, ya. Oh, ya, itu kan si D. Lalu aku SMS dia, dan ternyata benar dia.

Lalu ketika aku pindah ke Bremen, Jerman, aku temukan friendster account si D lalu aku add friends. Dia tidak meng-approve. Ternyata dia melupakanku.

(eits... tulisan 26 Mei 2007 ini tidak terlalu tepat, ternyata si D tidak lupa sama gua, akhirnya gua di-approve di Friendsternya dan Facebooknya)

***

Cerita lain, sebut saja namanya A. Aku kenal si A saat aku kelas 1 SMA. Tampangnya asyik dilihat. Kalau kulihat dia, ada suatu perasaan bahwa suatu hari dia akan menjadi cantik dan sexy (akhirnya aku betul).

Dulu aku mau pedekate ama si A, tetapi setelah tahu siapa kakaknya, aku urungkan niatku. Kenapa? Mau tahu aja. Pokoknya complicated. Selain itu, si A pindah sekolah ke Australia dan aku tak bertemu lagi.

Suatu hari, aku mengutak-atik friendster, aku temukan si A dan kakaknya. Dari fotonya, aku lihat si A betul-betul jadi cantik dan sexy (paling asyik kalau dibandingkan dengan kakak-adiknya). Kakaknya sukses ku-add jadi temanku, tetapi si A kaga mau approve. Sekali lagi, ternyata aku mudah dilupakan.

(eits... ternyata yang ini kaga tepat juga, akhirnya aku di-approve juga di Friendsternya dan Facebooknya)

***

Ada cerita lagi, sebut saja namanya M. Aku kenal dia kelas 1 dan 2 SMP. Rambut panjangnya, bibir tebalnya (walau tidak sesexy Angelina Jolie), dan hal-hal lain yang pokoknya asyik dilihat, deh, membuatku punya semangat hidup lebih.

Dia pindah ke sekolah negeri: SMP dan SMA negeri (SMA Negeri 3 Pusat), lalu lanjut ke Kedokteran UNPAD. Jadi sulit pedekate, nih.

Aku bertemu dia lagi, ketika aku hendak Week End KMK ITB tahun 1998. Ternyata dia itu pacar (atau mantan) kawan KMK ITB, yang sebut saja bernama I. Si M dan si I mengobrol sebelum bus berangkat, lalu si M keluar bus setelah say good bye dengan si I. Sebelum keluar bus, aku lekas menghampiri si M, say hai, dan menanyakan pertanyaan penting "Masih ingat gua, kaga?". Jawabannya adalah TIDAK. Sekali lagi, ternyata aku mudah dilupakan.

Oh, ya, si I putus dengan si M. Aku dan si I sering ngumpul di Sunken Court E-07 ITB, untuk nongkrong, makan-makan, bakar-bakar, nyanyi, main gitar, dll. Sekarang aku sangat sedikit mengerti mengapa dia sering menyebut kata "galau" ketika ngumpul. Sekarang si I sudah bertemu wanita lain bernama R, lalu I dan R sama-sama pindah ke Jerman, untuk studi. Si I dan si R tidak melupakanku. Hore!!!

***

Sebelum terlalu senang, aku cerita lain. Sebut saja namanya Y. Aku kenal dia saat 1 SMP. Kami teman sekelas. Kadang-kadang kami sering curi-curi pandang. Kalau ngobrol kami grogi dan kikuk. Dasar anak SMP!!!

Pergi sekolah aku selalu lewat rumahnya di jalan Astana Anyar nomor sekian-sekian yang tidak pernah kulupa. Waktu itu, aku naik bus DAMRi jurusan Kopo-Dago, yang pasti lewat Astana Anyar, Bandung. Selain itu, halte bus Kopo Dago dekat rumahnya.

Aku juga pernah membantu dia mengerjakan tugas Elektronika. Mmmm... kurang tepat. Lebih tepatnya, aku mengerjakan tugasnya membuat adaptor ketika tenggat waktu mendekat. Parahnya, dia kaga ngasih kabel serabut, cuma ngasih kabel isi tunggal. Nambah repot saja. Aku bersusah payah semalaman buat si Y ini (sampai kurang tidur, tangan kena solder sedikit, kesetrum listrik AC dikit).

Si Y ini ternyata bukan bermasalah di pelajaran Elektronika saja, melainkan di banyak pelajaran lain. Dia tidak naik kelas. Hore... aku naik kelas. Kami pun "agak" terpisah. Dia makin canggung ketika bertegursapa denganku, mungkin malu kaga enak karena dia tidak naik kelas.

Tahun berlalu, aku sudah 2 SMA dan si Y 1 SMA. Aku menjadi bagian yang meng-OS dan si Y di-OS. (OS = Orientasi Studi). Saat itu, dia sedang bergabung dengan mereka yang mendapat hukuman karena lalai mengerjakan Tugas serta memalsukan tanda-tangan. Aku kan bergabung dengan bagian Litani Santa dan Santo (maksudnya bagian bentak-bentak). Sejak itu, kalau bertemu denganku, dia menghindar.

Lalu si Y pindah ke luar negeri. Aku berhasil menemukan account-nya di friendster, aku coba add, tapi dia kaga approve. Aku tak tahu apakah dia melupakanku atau dia bete denganku.

***

Ada kisah wanita lain, sebut saja namanya si J. Aku kenal dia saat aku 2 SMA dan si J 1 SMP. Kami berkenalan di Palang Merah St. Aloysius. Dia lumayan cantik, dan bodynya asoy untuk anak seumuran dengan dia. Pokoknya bahenol, lah. Rumahnya di Kopo Permai, dekatlah dengan rumahku. Cuma sayangnya, dia punya keunikan yang bikin banyak orang bete: sifat manja, kekanak-kanakan, suka nyolot, asosial, dll. Mmmm... apakah ada hubungannya dengan PMS, ya? Yang jelas, kawan sekelasnya sering ngerjain dia, karena sifat uniknya itu. Intinya sih parah banget.

Aku sempat juga pengen pedekate dengan si J, tapi sikapnya itu mana tahan. Selain itu, dia pindah sekolah karena kaga tahan dikerjain teman-teman sekelasnya.

Oh, ya, saat itu, seorang kawanku, bernama G (yang tahun 2005, jadi vokalis band Yovie dan Nuno) sempat nanya-nanya aku tentang si J. Maklum aja, si G waktu itu baru putus dengan si V, wanita cantik. Si V ini bikin aku ingat Save The Last Dance, karena sewaktu kelas 3 SMA, si V adalah partner dansa terbaik bagiku. Sekarang si G sudah punya istri, dan istrinya adalah kawan Friendster. Si G orang sibuk, kaga sempat friendster-friendsteran. Si V juga diduga sudah menikah. Si V salah satu kawan di friendster. Dia tidak melupakanku.

Suatu hari, Palang Merah Aloysius bermain basket bareng. Aku melakukan blocking yang salah, dan si J terpental. Bagaimana caranya? Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Jarang ada orang bisa mendorongku ketika aku menggunakan kuda-kuda Bumi Beringsut. Nah, kasihan banget, ada wanita bertabrakan dengan denganku ketika aku pakai kuda-kuda ini. Sejak itu, dia bete kaga mau ngomong denganku lagi. Aku berusaha minta maaf, tapi dia marah-marah. MAta indahnya dipakai buat melotot. Bibir cantiknya dipakai buat bentak-bentak lalu manyun.

Senjata terampuh wanita adalah diam. Tapi sebagai cowo, aku tidak sengaja menemukan rahasia mengalahkan senjata ini. Suatu hari, aku ikut TOP Computer Club di sekolah, lalu kebetulan membobol login komputernya, menulis pesan-pesan tertentu. Yah, senjata diamnya bisa dibobol, karena dia langsung mendatangiku, ngomel-ngomel.

Si J pindah sekolah. Waktu berlalu. Aku sempat bertemu dia tahun 2003, saat aku sedang menderita karena patah hati Gelombang Kedua. Aku bertemu di jalan Taman Sari, dia melirikku lalu pergi. Sempat juga bertemu dia, di gereja St. Martinus, saat itu Natal atau Paskah, ya? Aku bingung, emangnya dia Katolik, kok kaga pernah lihat, ya. Dia melirikku lalu pergi. Dari dua pertemuan itu, aku tahu dia udah jadi anak gaul kota Bandung. Pakaiannya itu lho, bikin dia makin sexy. Baju miskin yang ketat dan bikin You can see my ketiak. Gaya dandannya juga mantap.

Nah, aku temukan account si J di friendster. Aku coba add dan dia tidak approve. Entah dia melupakanku atau masih bete denganku.

***

Ada cerita lagi, yaitu si Mn. Aku kenal dia saat aku 2 SMP dan dia 1 SMP. Senyumnya indah, lirikan matanya bikin aku pengen nyanyi lagu A. Rafiq. Intinya sih ketemu dia bikin semangat hidup.

Wanita ini juga kaga jauh beda dengan semua wanita-wanita yang menarik hatiku. Dia juga melupakanku. Dia tidak meng-approve di friendster.

(eits... yang ini ngaco juga, akhirnya si Mn meng-approve di Friendsternya dan Facebooknya)

***

Mengapa semua wanita yang kutaksir, mudah melupakanku?


Aku memang mudah dilupakan.

2 komentar:

Mohammad Andri Budiman mengatakan...

Mas Iscab, kendati saya seorang Muslim, karya-karya Frans Magnis Suseno, K. Bertens, Ignas Kleden saya suka membacanya. Pemikiran mereka kritis, tajam, dan menohok logika. Buku "Etika" Bertens saya pakai sebagai salah satu referensi sewaktu menjadi asdos matkul Etika di FSRD-ITB. (Padahal kami yang dari Sipil nggak pernah dapat kuliah Etika -- lihat aja Os kami yang brutal:). Thanks to Bertens et al, kuliah berjalan baik.

Btw, mengenai cewek, nggak perlu resah dan gelisah. Nanti juga dapat yang terbaik -- kalau Mas memang tidak berencana hidup "celibacy" (just kidding:). Tapi setidaknya Anda punya teman yang pernah senasib. Saya:(.

Salam,
Andri
SI93

iscab.saptocondro mengatakan...

Makasih Mandrib.